Wawancara Juri Kompetisi Pendek: Masa Kini, Bayangan Masa Lalu

— Berita, Interview
FFD 2024

Festival Film Dokumenter 2024 mempersembahkan program Kompetisi Pendek dengan 5 film pilihan hasil seleksi. Kelima film yang berkompetisi di Kompetisi Pendek tahun ini membawakan isu-isu masa kini, yang kemudian membentangkan jembatan multiarah menuju masa lalu dan masa depan. Mulai dari isu kolektif, hingga personal dan domestik. Arsip, cerita rakyat, kenangan, surat, serta identitas menjadi elemen yang efektif dalam dokumenter seleksi program ini. Gaya penyajiannya memberikan tambahan pengetahuan atau mengundang pertanyaan lebih lanjut yang tidak hanya sebatas pada tataran kognitif, tetapi juga mengantar dampak emosional, reflektif, dan kesan yang tinggal.

Menghadirkan tiga juri dengan latar belakang yang beragam diharapkan mampu memperkuat cara apresiasi terhadap film-film dalam kategori ini. Ketiga juri dalam program Kompetisi Pendek FFD 2024 adalah Kong Rithdee, Mira Asriningtyas, dan Sébastien Simon.

Berikut adalah rangkuman sesi wawancara kami bersama para juri.

Bagaimana Anda melihat kelima film yang terpilih dalam kategori ini?
(Kong) Lima film yang terpilih dalam kategori ini masing-masing memiliki pesan yang kuat. Empat di antaranya mengangkat tema kolonialisme, yang menunjukkan betapa relevannya dampak tersebut hingga saat ini.
(Sébastien) Terlepas dari kolonialisme, yang menarik dalam program ini adalah bagaimana semua film ini menghubungkan masa lalu dengan masa kini, menciptakan dialog yang benar-benar dapat dilihat dan dirasakan oleh juri.
(Mira) Menarik untuk menyaksikan bagaimana setiap film terlibat dengan tema-tema ini dengan bentuk yang beragam dan unik.

Adakah film yang memberikan kesan lebih kuat dibandingkan film lain? Bagaimana cara Anda melihat dan menilai kekuatan dari film tersebut?
(Mira) Ada film yang berhasil menyajikan sudut pandang baru tentang kolonialisme yang relevan dengan isu-isu masa kini.
(Sébastien) Film tersebut sungguh berhasil membangun ikatan emosional yang kuat dengan saya. Unsur-unsur yang ada dalam di dalam film ini terasa begitu “cukup” dan “tepat” seperti seharusnya.
(Kong) Ya, film tersebut hadir dengan kombinasi antara foto dan voice over yang membuatnya terasa efektif dalam menyampaikan cerita beserta emosinya.

Dengan semua itu, apakah film ini akhirnya terpilih sebagai pemenang kategori ini? Apa yang menjadi alasan utama keputusan tersebut?
(Sebastien) Ya. Film ini merupakan surat dari seorang ibu kepada putrinya. Di dalam film tersebut, putrinya tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi kehadirannya terasa begitu kuat sehingga membuat para juri merasa terhubung dengannya.
(Mira) Ya. Meskipun semua film memiliki keunggulannya masing-masing, satu film ini bersinar ketika membahas isu penting seperti kolonialisme dan ekofeminisme. Film ini membawa perspektif baru, menekankan hubungan antara isu lingkungan dan gender. Penelitiannya kuat dan penceritaannya memikat. Isi surat yang merupakan bagian dari film ini ini seakan menyoroti pentingnya pengetahuan sebagai alat untuk mengatasi keterbatasan, bahkan ketika kita tidak berdaya.
(Kong) Dengan pemilihan visual dan audio yang tepat, film ini berhasil menyampaikan pesan yang kuat dan menyentuh hati penonton secara personal. Elemen visual dan audio seolah-olah bekerja sama untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan dan menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan penonton.

Jadi, siapakah peraih penghargaan dalam kategori ini?
A Tale for My Daughter (Wulan Putri, 2024).

Festival Film Dokumenter 2024 dengan bangga dan berbahagia mempersembahkan A Tale for My Daughter (2024) disutradarai oleh Wulan Putri sebagai penerima anugerah kategori Kompetisi Pendek. Kami berterima kasih kepada seluruh komite seleksi dan juri yang telah terlibat dalam proses Festival Film Dokumenter 2024.

 

Diliput oleh Tirza Kanya pada 3 November 2024. (Ed. Vanis)