Apa yang kita bayangkan ketika mendengar “kerja”?
Pada mula dan pada umumnya, kerja dimaknai sebagai aktivitas pemenuhan kebutuhan semata. Tapi, kerja kemudian menghadirkan dilema dalam hidup. Kerja memungkinkan manusia untuk menemukan dirinya, sekaligus dapat mengasingkan manusia dari dirinya sendiri.
Dalam x galeri (2017), suara orang-orang menyukai bidang pekerjaannya sekaligus tertekan dengan kondisi kerja yang ditawarkan dihadirkan. Suara-suara tersebut didapat melalui wawancara dengan pekerja balik layar dalam ruang ekshibisi seni. Tekanan kerja itu juga dirasakan para pekerja dalam Robot Somnambulism (2016) sehingga memaksa para pekerja untuk sampai pada kondisi seolah tidak ada pilihan selain mengakhiri hidup.
Kerja juga membuat orang sembunyi dan lari dari kenyataan. See You, Lovable Strangers (2016) mencatat jalan berliku yang mesti ditempuh para pekerja migran; hidup dikejar-kejar biaya agensi, niat untuk mencari uang berujung terjerat hutang, dan lain-lain lagi. Manusia membutuhkan kerja untuk hidup, tapi karena kerja manusia dapat membenci hidup. Dalam Ladli (2018), kenyataan malah dibangun melalui pandangan yang dilematis. Kita diajak untuk melihat perjalanan pekerja seks komersial, yang terus menerus merindukan penerimaan atas tubuhnya sekaligus pilihan hidupnya.
Beberapa orang menghabiskan hampir lebih dari separuh hidupnya untuk melakukan rutinitas yang disebut kerja. Melakukan hal yang nyaris sama setiap harinya sehingga aktivitas kerja menjadi sesuatu yang lekat dan menubuh, sebagaimana yang hadir dalam Free to Work (2018). Sementara itu, di ruang dan waktu yang berbeda, sekelompok karyawan hotel terus melakoni rutinitas kerjanya, meskipun tidak ada lagi pengunjung yang singgah. Begitu juga dengan Beautiful Things (2017). Film ini mengajak kita melihat pekerja-pekerja di wilayah yang terisolasi dari dunia sipil. Pengalaman mereka atas minimnya interaksi ditabrakkan dengan potret kehidupan sepasang kekasih yang menjalani kehidupan normal nan sejahtera; sebuah gambaran atas bagaimana dunia bekerja saat ini. Dalam Dream Away (2018), rutinitas kerja tampak seperti omong kosong, tapi tidak ada pilihan lain. Kerja masih lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa.
Melalui program ini, FFD membentangkan wacana tentang relasi manusia dan kerja. Beberapa pilihan film dengan ragam latar belakang, seperti Beautiful Things; Dreamaway; Fondata sul lavoro; Ladli; Robot Somnambulism; See You, Lovable Strangers; dan x galeri kami hadirkan untuk menguji dan mempertanyakan kembali sistem kerja yang selama ini berjalan. Film-film dari program “Perspektif” akan ditayangkan tanggal 5-11 Desember 2018. Agenda pemutaran secara lengkap dapat dilihat di jadwal.
Lebih jauh lagi, mampukah kita membayangkan hidup tanpa bekerja? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini nantinya akan menjadi inti dalam perbincangan bersama pada program Diskusi Perspektif, yang akan diselenggarakan pada 11 Desember 2018 pukul 19.00 WIB di Auditorium IFI-LIP Yogyakarta. Diskusi Perspektif akan dipandu oleh Hizkia Yosie Polimpung (Peneliti).