Review Film: As You See (1986)

— Ulasan Film
FFD 2018
Review Film: As You See (1986)

Ribuan tahun manusia telah mencoba menjawab tentang bagaimana cara dunia bekerja; pertanyaan yang melahirkan filsafat, ilmu pengetahuan, dan inovasi teknologi. Cara hidup, konsep ruang-waktu, bahkan bagaimana kita memandang diri kita sendiri pun telah berubah sepenuhnya. Manusia menjadi nyaman hidup dalam jawaban-jawaban sementara, yang justru membuatnya takut untuk melihat kehidupan di balik kenyamanan semu tersebut.

Inilah yang Harun Farocki lakukan di As You See (1986). 72 menit observasinya terhadap apa yang ada di balik segala ketakutan tersebut, refleksi atas peradaban manusia lewat detil-detil yang sering kali kita lupakan. Berawal dari pembacaannya atas peninggalan arsitektural untuk melihat bagaimana sebuah kota lahir, dan tumbuh menjadi semata-mata simbol atas penaklukan manusia terhadap alamnya. Hingga kemiripan cara kerja mesin industri agrikultur dengan, sebut saja, instrumen perang.

Namun Farocki ingin menilik lebih jauh dari sekadar kemiripan yang tampak oleh mata. Ia tidak ingin terdistraksi oleh desingan senapan mesin, dan menemukan bahwa kemiripan tersebut tidak pernah terjadi sebagai bagian dari satu kehendak alam. Ini adalah cerminan bahwa terkadang manusia tidak sepenuhnya sadar dengan apa yang mereka lakukan.

Farocki melihat relasi antara kemiripan mesin industri dan senjata pemusnah massal dengan upaya kita menutupi kebusukan kapitalisme. Lewat iklan, serta megahnya bangunan pabrik. Lewat kontras yang terjadi antara kemegahan segala simbol kapitalisme bagaimana ia hanya hadir untuk memberi distraksi dari teriakan kelaparan manusia yang posisinya telah digantikan oleh mesin.

Lewat simbol-simbol fabrikasi lainnya seperti nama, suara, dan identitas yang disematkan oleh industri media, dalam majalah dan film dewasa, hingga iklan Coca-Cola. Lalu mengasingkan kita dari nama-nama mereka yang menjadi martir pembangunan, dan berakhir dalam liang tanpa nisan. Nisan-nisan yang lahir dari relasi antara kemajuan teknologi dan nyawa yang harus jadi tumbalnya.

Dalam berbagai metafor yang janggal namun masuk akal, Farocki berusaha menghadirkan sisi lain dari kejadian di sekitar kita yang sebenarnya dekat namun seolah tidak pernah ada. Atau kalau pun ada, manusia telah menjadi terlalu sibuk untuk berhenti dari rutinitasnya, menengok sekitar, dan mempertanyakan apa yang terjadi. Layaknya peradaban dengan jalan tiada habisnya, lalu memaksa penunggunya untuk terus-terusan berjalan. Di dalam bilik kendaraan yang sama, di jalan yang sama; memulai dan mengakhiri perjalanannya di titik yang sama. Sedang mereka sebenarnya tidak pergi ke mana-mana, karena pembangunan memerangkap manusia di jalan dan bersembunyi di balik mitos bahwa jalan adalah puncak peradaban manusia. Menghubungkan manusia satu dengan manusia lainnya, tempat kelahiran peradaban.

Atau bagaimana pilihan Farocki untuk menyandingkan narator yang membacakan kisah Henry Ford, sang pionir produksi massal mobil, dengan gambar anatomi tubuh babi, sebagai metafor bagaimana hidup telah begitu berubah. Mobil yang lahir dari gagasan untuk membebaskan manusia dari batasan geografis, telah kehilangan fungsi ideologisnya begitu ia berada di assembly line, dalam bentuk bagian-bagian kecil agar mudah diabaikan. Mobil kemudian menjadi tidak lebih dari benda konsumsi lainnya karena manusia hanya diberi peran sebagai konsumen.

As You See bisa dilihat sebagai upaya dari Farocki untuk menghubungkan titik-titik yang selama ini terpisah, merangkainya dalam gambar dan kata, serta konteks di belakangnya yang saling berkelindan. Farocki mengajak penonton untuk mengalami apa yang terjadi di dalam kepalanya. Bagaimana ia melihat dunia, pembangunan, kemajuan, inovasi teknologi yang ternyata hadir sejalan dengan perang, kematian, alienasi, dan kepalsuan. Bukan dalam rangka untuk menjadi seorang pesimis, namun lebih sebagai upaya untuk berhenti sejenak, guna mencari narasi lain tentang kehidupan yang telah menjadi begitu cepat dan praktis. Lewat montase seorang anak menenun kain, gerak mesin industri, kengerian perang, lalu menghubungkannya dalam satu narasi tentang pertanyaan Farocki tentang ke mana arah kita menentukan peradaban manusia.

 

Film As You See akan diputar di Festival Film Dokumenter 2018 pada 6 Desember 2018 di Amphitheatre TBY pukul 20.30 WIB. Film ini merupakan satu dari tiga film yang menjadi bagian dari program “Retrospektif” Harun Farocki, yang juga akan diikuti dengan agenda diskusi pada Minggu 9 Desember 2018 pukul 19.00 WIB.

 

Penulis: Fahmi Khoirussani