“Lanskap” merupakan upaya untuk memandang dan membicarakan beragam wacana yang hadir di dan tentang Indonesia. Program ini menawarkan cara pandang dalam memaknai film dokumenter Indonesia, sekaligus melihat Indonesia melalui film dokumenter. Beragam wacana tersebut kemudian kami rangkai menjadi tiga tema pilihan: histori, lingkungan kerja, dan diaspora. Tema-tema ini dipilih karena tidak melulu menampilkan kritik lewat subjek-subjek yang selalu menjadi korban, tapi juga kisah personal dalam melihat berbagai hal yang terjadi di Indonesia.
Tema histori dipilih sebagai bentuk refleksi bagaimana memori-memori terekam dalam lini masa sejarah Indonesia, mulai dari masa perang hingga pascareformasi. Kampung MacArthur (2018) bercerita tentang ingatan dan artefak perang tinggalan tentara sekutu yang terserak di sebuah dusun di Papua. Film ini pada ujungnya meninggalkan dialog antara keinginan untuk menjaga sejarah atau mengambil keuntungan. Selanjutnya, Nyala: Nyanyian yang Tak Lampus (2018) menghadirkan kisah para penyintas peristiwa 65 dan ingatan yang tak hilang terekam dalam orde yang terus berjalan. Sinawang (2018) menampilkan bagaimana glorifikasi orde baru dilakukan oleh segelintir masyarakat di desa kelahiran Soeharto. Sementara Marzuki (2018) mengingatkan kalau kesejahteraan bukan milik semua warga negara Indonesia pada konteks pasca reformasi. Pilihan film dalam tema ini bergerak menggunakan logika kronologis perjalanan sejarah Indonesia dengan menghadirkan wacana-wacana yang jarang dibicarakan.
Lewat tema lingkungan kerja, gambaran manusia Indonesia dipotret dengan ironi antara kebutuhan dan siasat untuk terus hidup. Eksplorasi permasalahan ruang di kota terungkap dalam kisah para pedagang baju bekas di pasar yang terbakar lewat film InangInang (2018). Pagi yang Sungsang (2018) menyajikan potret apa adanya tentang mereka yang bergelut dengan sampah, sebuah ritual kerja yang janggal. Tak cuma di kota, di desa pun para petani bersiasat. Kali ini dengan hujan dalam Sampun Jawah (2018)dan limbah pabrik dalam Lakardowo Mencari Keadilan (2018).
Pada tema diaspora, beberapa film yang dihadirkan berusaha untuk menampilkan perkara campur baur mereka yang pergi dan datang ke Indonesia. O-Sepig (2018) memperbincangkan tempat hidup dan penghidupan lintas batas antarnegara tetangga. Bagaimana para pekerja asing selepas jam kerjanya di Jakarta dirangkai apik dalam Merahnya Biru (2018). Pulang ke Indonesia merupakan kisah sederhana tentang pulang setelah lama di negeri orang. Sementara itu, Liefde (2018) hadir seperti syair kerinduan lewat telusur asal-usul nenek moyang.
Film-film pilihan dalam program Lanskap merupakan rekaman yang penting dari para pembuat film Indonesia—dan keturunan Indonesia—dalam melihat Indonesia. Sebagian film-film yang terpilih merupakan hasil kurasi dari submisi FFD sepanjang tahun 2017-2018. Tema-tema dalam Lanskap dipilih untuk menghadirkan wacana dan dialog yang seringkali terlewat dalam mendiskusikan Indonesia.
Film-film dalam program “Lanskap” akan diputar pada 6-12 Desember 2018. Agenda lengkap bisa diakses di jadwal.