Bagi beberapa orang, “ibu” hanyalah rangkaian huruf i, b, dan u—tanpa arti, tanpa makna. Namun, di balik rangkaian itu, tersembunyi kisah-kisah yang merindu untuk diungkap. The Other Daughter (Fala Pratika, 2024) hadir sebagai ruang untuk meresapi luka yang tergores oleh cinta seorang ibu yang dibiarkan begitu saja dan memaksa seorang anak menjalani kehidupan yang pura-pura indah ini dengan bekasnya yang sama sekali belum ditutup kasa. Lebih dari sekadar kisah hubungan ibu-anak, dokumenter ini mengungkap lapisan-lapisan trauma yang kerap kali diwariskan tanpa disadari.
Sutradara Fala Pratika mengajak penonton dalam perjalanan personal yang mendalam untuk mengenal ibunya, seorang perempuan yang terasa asing sejak ia kecil. Dalam proses ini, ia menemukan kenyataan pahit bahwa ibunya juga adalah seorang anak yang mungkin pernah merasa tidak diinginkan oleh ibunya sendiri. Melalui bukti-bukti yang ia temukan, Fala menyelami emosi mendalam dari ibunya, seolah menemukan jawaban untuk pertanyaan yang tak pernah ia sadari ada.
Judul film ini, The Other Daughter (anak perempuan yang lain, ed), menjadi sangat bermakna. Ia hadir seperti pengingat bahwa “ibu” juga seorang anak perempuan yang membawa luka. Anak perempuan yang mungkin tidak tahu apa-apa, tumbuh dalam kesedihan, dan terus mencari cinta serta pengakuan di sekelilingnya. Tanpa disadari, juga mengakibatkan penjalinan trauma yang terus diwariskan.
Meskipun dokumenter ini seolah mengajak kita untuk mengembangkan empati terhadap sang ibu, Sutradara Fala tidak menawarkan pembenaran. Rasa sakit yang dialami oleh ibunya tidak serta-merta menghapus dampak dari pengalaman yang Fala hadapi. Trauma yang diwariskan tidak bisa dijadikan alasan untuk kemudian mereproduksi dan kembali menurunkannya pada orang lain. Dengan tegas, dokumenter ini seolah menyatakan bahwa luka-luka masa lalu, meskipun bisa dipahami, tidak selalu bisa diterima begitu saja.
Sutradara Fala tidak memberi jawaban pasti apakah amarah itu akan sirna atau tidak. Mungkin kita tidak perlu memaafkan seluruh masa lalu untuk bisa melangkah maju. Namun, melalui kejujuran dan kerentanan, The Other Daughter (2024) memberikan ruang untuk memahami. Bukan untuk memaafkan tanpa syarat, tetapi untuk merenungkan perjalanan yang telah dilalui dengan harapan adanya penemuan makna di antara luka-luka yang membekas. (Tirza Kanya) (Ed. Vanis)
Detail Film
The Other Daughter
Fala Pratika | 25 Min | 2024 | DI Yogyakarta
Official Selection for Lanskap
Festival Film Dokumenter 2024
Jadwal Tayang
Nov. 7 | 19:00 WIB | Militaire Societeit, TBY
Nov. 9 | 13:00 WIB | Ruang Seminar, TBY