Hadir sebagai potret atas situasi di Indonesia menjelang pemilihan umum di awal tahun ini, Sunshower (Micko Boanerges, 2024) adalah karya yang bermain dengan penceritaan subtil dan komentar politis. Film ini mengikuti Sutradara Boanerges saat ia kembali ke rumah nenek dan kakeknya di pedesaan, dengan latar belakang negara yang sedang dihadapkan dengan ketidakpastian mengenai presiden berikutnya.
Sutradara Boanerges melukiskan sebuah gambaran yang intim dengan tetap menyentuh sejumlah poin penting dalam belantara politik Indonesia. Hampir sepanjang durasi film Sunshower (2024), kita melihat sang sutradara dan kakek-neneknya melakukan rutinitas sehari-hari. Latarnya sederhana dan menyentuh, seolah merayakan keseharian yang biasa saja. Pada beberapa momen, pemilihan presiden tampaknya hanya mengambil tempat di belakang dalam Sunshower (2024). Film ini berhasil menyajikan banyak isu yang bisa dibicarakan terkait dengan kondisi politik Indonesia saat ini. Meskipun sering kali tidak membahasnya secara langsung, Sutradara Boanerges memperkenalkan isu-isu yang berbeda ini tanpa membuat keseluruhan film terasa berat. Isu-isu yang dimaksud adalah yang telah membentuk iklim pemilihan umum dalam beberapa tahun terakhir, seperti isu keagamaan yang selalu bergaung nyaring. Berbagai adegan keluarga yang sedang menyantap makanan, mungkin merupakan pengingat atas klaim kampanye yang terkenal bahwa sebagai presiden, Prabowo akan menerapkan makan siang gratis.
Sunshower (2024) adalah sebuah pengamatan yang menghangatkan hati, tetapi sarat akan nuansa politik Indonesia. Hal ini sangat kontras dengan bagaimana media massa Indonesia, yang beberapa contohnya dapat dilihat dan didengar dalam Sunshower (2024), membahas isu-isu tersebut. Di lingkungan media, kita lebih sering mendengar suara-suara yang nyaring, tetapi dengan substansi yang cenderung minim. Entah itu di TV atau di layar ponsel, penggambaran yang disajikan memiliki kualitas rendah, melayang-layang di atas kebencian, dan memicu perpecahan. Sepanjang film, hanya ada satu contoh wacana politik yang substansial—dan itu pun bukan diskusi langsung tentang pemilu. Kakek dan nenek terdengar membicarakan refleksi mereka tentang korupsi yang merajalela di Indonesia, di tingkat lokal, dan mungkin secara kultural, berbagi pengalaman pribadi mereka tentang isu tersebut. Pertama, hal ini merepresentasikan beratnya topik yang dibicarakan, dan yang kedua, yang lebih penting, hal ini menunjukkan suatu ketipikalan. Beginilah bagaimana pembicaraan seperti ini seharusnya dilakukan, berbeda dengan keburukan yang dapat ditemukan di media.
Sunshower (2024) sangat efektif dalam menggarisbawahi keterpisahan antara kaum politisi dan rakyat, yang berjalan beriringan dengan mereka yang berada di kota dan pedesaan. Bagaimana film ini disajikan dalam palet warna hitam dan putih, bagaimana kisahnya naik turun dalam kebosanan dan kebahagiaan, Sutradara Boanerges menyajikan area abu-abu; yang menentang keadaan politik saat ini yang riuh dan kacau serta penggambaran media massa, tetapi tidak sepenuhnya terputus dari itu. Sunshower (2024) adalah potret senyap, tetapi tetap menyentuh refleksi pribadi dan politik, serta ruang yang memisahkan keduanya. (Aradi Ghalizha) (Ed. Vanis/Trans. Naufal Shabri)
Detail Film
Sunshower (Hujan Panas)
Micko Boanerges | 60 Min | 2024 | Bangka Belitung
Berkompetisi dalam kategori Kompetisi Panjang Indonesia
Festival Film Dokumenter 2024
Jadwal Tayang
Nov. 5 | 13:00 WIB | IFI-LIP
Nov. 7 | 19:00 WIB | Ruang Seminar, TBY