Street Opera (2022): Mengenai Hal yang Didengar

— Ulasan Film
FFD 2022

Siang hari menjadi bingkai waktu yang memiliki asosiasi terhadap identitas bunyi-bunyian. Street Opera (2022) menghadirkan harmoni dari bunyi-bunyian yang tak asing bagi siapapun yang mendengarnya. Gerobak bakso, es, dan gorengan, menjadi produsen dari bunyi tersebut. Tak hanya gerobak makanan, bunyi-bunyi yang hadir juga berasal dari hal yang tak bisa kita cerna. Gerobak rongsokan bahkan gerobak panggul jasa sol sepatu turut andil dalam menciptakan bunyi yang akhirnya berkawin satu sama lain.

Tak hanya bunyi dari gerobak yang berlalu lalang, Street Opera (2022) menyuguhkan bunyi yang mengisyaratkan identitas ruang di dalamnya. Padatnya Jakarta oleh gedung, kendaraan di jalan, dan derap di stasiun, menjadi hal yang dapat kami ‘alami’ dalam film ini. Bagi beberapa orang, bunyi lalu lalang ini adalah bising yang mengganggu. Namun, beberapa yang lain mungkin saja sudah menganggapnya sebagai sebuah simfoni.

Dengan cara tuturnya, Street Opera (2022) menawarkan pengalaman menonton yang unik. Ada baiknya Anda menonton film ini dengan perut yang sudah kenyang. Karena, jika tidak, alih-alih fokus menonton, mata Anda bisa mengirimkan sinyal penanda lapar karena melihat gerobak makanan yang modar-mandir sepanjang durasi film.

Ditulis oleh Haputeno | Disunting oleh Vanis

Detil Film
Street Opera (Opera Jalanan)
Arjan Onderdenwijngaard | 15 min | Jawa Barat, Indonesia | Color | 2022 | 15+
Non–Kompetisi: Spektrum

Jadwal Tayang
18 November 2022 | Bioskop Sonobudoyo | 15.00