Gunung Gai seolah menjadi rahim kedua bagi Veronika Nona. Selama puluhan tahun, ia mendekam dalam dekapan alam, menjaga kebun dan ternak yang telah diwariskan turun temurun oleh leluhurnya. Perkaribannya dengan alam di area Gunung Gai membuat Veronika Nona begitu fasih menafsirkan kode-kode semesta. Jika terdengar suara tangisan dari dalam hutan, ia tahu bahwa esok seseorang akan segera meninggal. Namun, Veronika Nona sadar ia tak bisa terus bersama Gunung Gai hingga akhir hayatnya. Ia harus kembali ke rumah di usianya yang menyenja. Untuk itu, Veronika Nona lantas mengestafetkan perannya pada Nong Titus, sang adik laki-laki yang pada gilirannya harus meninggalkan sang istri yang sakit di desa demi meneruskan menjaga kebun dan ternak di Gunung Gai.
Nong Titus, meski hanya dapat melihat dengan sebelah matanya, barangkali justru dapat melihat dunia dengan lebih kentara. Dunia dalam Gunung Gai terus meminta timang dan dunia di luarnya terus menunggu ia pulang. Nong Titus akan bertahan hingga penjaga terakhir berikutnya datang.
Sambil menyuapi Maria, Nong Titus meyakinkan istrinya, sekaligus dirinya, bahwa ia harus pergi ke Gunung Gai karena jika tidak, hasil-hasil kebun dan hewan ternaknya akan dicuri satu per satu. Selepas merawat Maria dan sekembalinya Nong Titus ke Gunung Gai pun, kambingnya hilang satu. “Sie!” begitu cara Nong Titus memanggil kambingnya dalam bahasa Nelle, Maumere.
Efek suara tetesan air yang mengaliri dokumenter arahan Yosef Levi ini seolah menjadi simbol atas kehidupan di Gunung Gai yang harus terus bergulir dan dijaga kemurniannya agar dapat terus bertahan dalam kesahajaan. Melalui bidikan kamera yang konsisten menampilkan intimasi antara Veronika Nona dan Nong Titus dengan segala kehidupan yang ada di Gunung Gai, alam tidak semata dihadirkan sebagai lanskap yang datar dan diam saja, melainkan sebagai satu entitas yang berdegup dan memiliki kehendaknya. Gunung Gai seakan ingin terus melindungi sekaligus dilindungi oleh pelindungnya, yang semoga tak berhenti pada Nong Titus saja.
Selama 30 menit, SIE… (2024) berinvestasi pada observasi pengalaman keseharian yang intens untuk menyuguhkan relasi antarmanusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Sang Pencipta Alam. Tak ada yang disudutkan pun ditiadakan. Masing-masing dihadirkan dengan signifikan pun sebagaimana adanya. Saling mengisi sekaligus memberi ruang interpretasi yang lega dan kaya bagi para penyimaknya. Ikuti jejak-jejak setapak Veronika Nona dan Nong Titus di utara Gunung Gai melalui SIE… (2024) yang secara perdana ditayangkan dalam rangkaian program Lanskap FFD 2024. (Hesty N. Tyas) (Ed. Vanis)
Detail Film
SIE…
Yosef Levi | 30 Min | 2024 | East Nusa Tenggara
Official Selection for Lanskap
Festival Film Dokumenter 2024
Jadwal Tayang
Nov. 7 | 19:00 WIB | Militaire Societeit, TBY
Nov. 9 | 13:00 WIB | Ruang Seminar, TBY