“Saya rasa, satu-satunya harapan saya adalah… gambar yang kamu kumpulkan di sini bisa dilihat oleh seluruh dunia.” Kini, hampir seabad sejak ucapan tersebut dilontarkan dalam sebuah pawai perdamaian perempuan di Belanda, kolase menawan Sabine Groenewegen yang diambil dari sumber-sumber arsip yang baru saja digali, akhirnya mengabulkan keinginan pahlawan perempuan yang tidak dikenal ini. Remanence (2024) menceritakan kisah tanpa tanda jasa tentang gerakan pasifis dan feminis perempuan Belanda sebelum perang, melalui audio dari wawancara puluhan tahun dengan mereka yang terlibat dan rekaman pawai pada saat itu.
Dengan kekuatan melawan patriarki dan menghadapi kekuatan fasisme, para perempuan dari seluruh Belanda bersatu dalam upaya untuk mengubah kesadaran kolektif sebuah bangsa. Wawancara ini memberikan pandangan pribadi tentang bagaimana di luar pawai, para perempuan pemberani ini berupaya memberikan pendidikan melalui penyebaran literatur, serta bekerja sebagai tenaga sukarela selama masa perang dan membantu menyelamatkan teman-teman Yahudi mereka setelah Nazi Jerman menyerang.
Penggabungan kliping kontemporer lain yang diambil Groenewegen dari rekaman kehidupan di Belanda pada tahun 1930-an turut menambah kedalaman konteks pada karya ini. Cuplikan yang menunjukkan para perempuan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat, serta sekilas proses pembuatan boneka anak perempuan, melukiskan gambaran ekspektasi masyarakat yang menumpuk pada perempuan-perempuan ini ketika mereka berjuang untuk kebaikan yang lebih besar. Groenewegen menyandingkan hal ini dengan rekaman para pria di pabrik amunisi dan pawai fasis saat itu ketika kejahatan perang yang akan mendekat dan merangkak naik perlahan.
Melampaui persoalan perang dan gender, Remanence (2024) juga memperkenalkan tema ingatan dengan sangat efektif. Saat audio wawancara diputar, rekamannya diperlambat dan dipercepat, sering kali memudar dan dengan cepat memotong hingga hanya menyisakan serpihan cahaya atau bahkan kegelapan. Pilihan penggunaan audiovisual ini merefleksikan bagaimana para perempuan tersebut, yang telah berusia delapan puluhan pada saat perekaman, dengan penuh empati mencoba mengumpulkan sisa-sisa ingatan mereka tentang perjuangan mereka, dan menyesalkan bagaimana mereka dipaksa untuk melupakannya demi keselamatan mereka selama masa perang.
Seperti banyak perempuan dalam gerakan bersejarah di seluruh dunia, suara mereka telah dibungkam secara paksa untuk waktu yang lama. Ketika memperkuat kisah-kisah langsung dari para aktivis perintis ini, yang terpenting, Remanence (2024) berhasil mengingatkan kita bahwa, jika tidak awas, sejarah dapat terlupakan, entah karena keterpaksaan atau waktu yang terus berjalan. (Aradi Ghalizha) (Ed. Vanis)
Detail Film
Remanence
Sabine Groenewegen | 22 Min | 2024 | Netherlands
Seleksi resmi untuk Spektrum
Festival Film Dokumenter 2024
Jadwal Tayang
Nov. 2 | 19:00 WIB | Militaire Societeit, TBY
Nov. 7 | 19:00 WIB | Amphitheater, TBY