“Which is stronger—fate or will?” (Manakah yang lebih kuat–takdir atau tekad?, ed) Dávid, sang sutradara, membawa pertanyaan itu mengembara bersama papan luncur dan kameranya di sepanjang jalanan Budapest, Hungaria. Roda-roda papan luncur menjemput jawaban skeptis dari seorang gelandangan yang makin kecewa dengan dunia karena pemerintah mulai mencetuskan wacana hendak memenjarakan tunawisma di tengah kondisi krisis negara.
“Fate.” (Takdir, ed)
Namun, berbeda halnya dengan Sanyi. Bocah lelaki yang ditemukan Dávid di suatu sudut jalan Budapest itu selalu tahu cara menikmati dunia dengan penuh sukacita di tengah kepungan para gelandangan putus asa. Keautentikannya berhasil membuat Dávid mulai memfokuskan kamera pada Sanyi dan membiarkan bocah itu memimpin konstruksi narasi selama lebih dari satu dekade. Sanyi tak mau tunduk begitu saja pada nasib yang telah membekuknya dalam flat seluas 28 meter persegi bersama dengan kedua orang tua, dua saudara, dan neneknya.
Jalanan Budapest dan papan luncur pemberian Dávid pun menjadi wahana pelarian Sanyi. Dengan semangat menaklukkan dunia, ia berkeliaran di jalanan bersama teman-temannya, merusak properti tunawisma, menendangi bola ke mana saja, dan mencoreti aspal dengan kapur tulis warna-warninya—berusaha memberi corak lentur pada dunia yang terlihat tegang di sekitarnya.
“I can do whatever I want. I can defeat anything I’m faced with. I’ll find the mistake in the world and correct it.” (Saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan. Saya bisa mengalahkan apa pun yang saya hadapi. Saya akan menemukan kesalahan dunia dan memperbaikinya, ed)
Sanyi terus menghindari dunia sambil diam-diam memendam kerinduan agar dapat diterima oleh dunia. Orang-orang mungkin cenderung melihatnya sebagai pembuat onar belaka, tetapi melalui rekaman kamera Dávid dan Bálint berhasil mengabadikan aksi-aksi lugu yang penuh keriangan dan pengharapan dari Sanyi. Hingga suatu ketika, aksi jalanannya membawa Sanyi pada takdir yang tak terduga dan mengubah hidupnya selamanya.
“Why do we all feel the urge to do bad things?”
“We do it because we don’t want to grow up.”
(Mengapa kita semua terdorong untuk melakukan hal-hal buruk?
Kita melakukannya karena kita tidak ingin menjadi dewasa. ed)
Dokumenter berdurasi 94 menit garapan Dávid Mikulán and Bálint Révész ini secara longitudinal menawarkan perjalanan pencarian jati diri Sanyi lewat adegan-adegan yang bergerak cepat sejalan dengan roda-roda papan luncurnya. Perjalanan mendefinisikan diri di tengah keluarga, masyarakat, dan jalanan Hungaria. Perjalanan yang baru benar-benar dimulai setelah film ini selesai. Perjalanan yang dapat Anda saksikan lewat KIX (2024) yang tayang dalam Program Kompetisi Panjang Internasional FFD 2024. (Hesty N. Tyas) (Ed. Vanis)
Detail Film
KIX
Dávid Mikulán, Bálint Révész | 94 Min | 2024 | Croatia, France, Hungary
Berkompetisi dalam kategori Kompetisi Panjang Internasional
Festival Film Dokumenter 2024
Jadwal Tayang
Nov. 4 | 15:00 WIB | Militaire Societeit, TBY
Nov. 6 | 15:00 WIB | Ruang Seminar, TBY