I WAS THERE, PART II (2024): MASIH DI ANTARA RERUNTUHAN HIROSHIMA

— Ulasan Film
FFD 2024

Sutradara, penulis, dan produser trilogi I WAS THERE, Chi Jang Yin, kembali menggaungkan memori kolektif tentang efek dan trauma pascapengeboman Hiroshima melalui dokumenter eksperimental seri keduanya, I WAS THERE, PART II (2024). Kali ini, melalui potongan video arsip, seorang Profesor Filosofi dihadirkan sebagai saksi atas jatuhnya bom atom berdaya ledak 15.000 ton TNT dengan kode nama Little Boy tersebut.

“Could you describe exactly what happened in the morning of August the 6th?” (Bisakah Anda menjelaskan tentang apa yang terjadi pada pagi hari tanggal 6 Agustus? ed)

Kala itu, pukul 8.15 pagi waktu setempat, John A. Siemes sedang berada di ruangannya yang menghadap ke lembah. Tiba-tiba, kilatan cahaya magnesium meruah dan segera saja awan jamur raksasa menelan lembah. Serpihan kaca jendela menyergap Siemes dan kobaran api mulai membungkus rumah-rumah petani di sekitarnya. Bom atom rakitan AS seberat 4.000 kilogram itu sedang beraksi; membumihanguskan 70% bangunan di Hiroshima, menewaskan lebih dari 100 ribu jiwa, dan meninggalkan jejak radiasi tahunan yang mematikan di sekujur tubuh kota.

Chi Jang Yin memadukan arsip rekaman 16mm dari militer AS selama Perang Pasifik di Jepang, tayangan VR yang menunjukkan sisa-sisa reruntuhan pascapengeboman, serta grafis maps areal episentrum bom untuk memuseumkan efek eksplosif dari Little Boy di Hiroshima.

“We have to discuss among ourselves the ethics of the use of the bomb. Does it not have material and spiritual evil as its consequences which far exceeds whatever good that might result?” (Kita harus mendiskusikan bersama tentang etika penggunaan bom. Bukankah hal itu akan menimbulkan dampak keburukan material dan spiritual yang jauh melebihi kebaikan apa pun yang mungkin dihasilkannya? ed)

Mengakhiri perang sekaligus mengamankan posisi dominan di panggung global pascaperang barangkali menjadi pembenaran bagi AS untuk meluncurkan bom atom di Hiroshima, pun Nagasaki. Namun, konsekuensi kerusakan dan etika kemanusiaan yang ditimbulkan oleh senjata pemusnah massal ini perlu terus dipertanyakan. Tak hanya mempertanyakan, Chi Jang Yin juga menginvestigasinya, lewat trilogi I WAS THERE.

“This epiphany releases the self to live life in the present. My self-worth is no longer bound to events of the past or future. Life is simply a cascade of possibilities, and yet the perception of my individual importance is irrelevant.” (Pencerahan ini membebaskan diri untuk menjalani hidup saat ini. Harga diri saya tidak lagi terikat pada peristiwa di masa lalu atau masa depan. Hidup hanyalah sebuah rangkaian kemungkinan, tetapi persepsi akan pentingnya diri saya menjadi tak lagi relevan, ed)

Little Boy masih menjadi mimpi buruk bagi para penyintasnya. Namun begitu, Chi Jang Yin tetap berusaha menyibak trauma kolektif dan menyisipkan narasi reflektif di akhir film. Determinasi untuk bangkit dan belajar menerima luka-luka eksplosif dari masa lalu tersebut menjadi pengingat sekaligus penegur bahwa kemanusiaan seyogianya tetap menjadi hal utama yang didahulukan, di atas ego yang menghancurkan. (Hesty N. Tyas) (Ed. Vanis)

 

Detail Film
I WAS THERE, PART II
Chi-Jang Yin | 10 Min | 2024 | United States
Official Selection for Spektrum
Festival Film Dokumenter 2024

Jadwal Tayang
Nov. 3 | 19:00 WIB | Ruang Seminar, TBY
Nov. 9 | 13:00 WIB | Militaire Societeit, TBY