Butuh bertahun lamanya bagi Anggun hingga ia dapat mendendangkan “Ayah” oleh Rinto Harahap bersama Ebak Nasril, sang ayahanda. Menyutradarai To Face My Father in Jambi (Balek ke Jambi) (2023), Anggun membingkai penerimaan ayahnya secara sentimentil dan telanjang–akrab dengan harapan bagi transpuan lainnya.
Kisah-kisah bergulir pada hari Anggun dan teman-temannya menyentuhkan langkah kembali atas rumah penuh canda dan asap rokok bersama keluarga. Kontekstual dan kental, bahasa Jambi mengisi kanal-kanal percakapan. Malam itu, Anggun serupa bintang–keberaniannya beranjak dari Jakarta untuk menyapa kembali Bapak terbayar lunas, tuntas!
Konkret, penerimaan Bapak. Tidak hanya berhenti pada tataran diam dan pasrah, 2016 lalu ia antar Anggun ke sana ke mari demi keinginan putrinya mengganti nama dan mengenalkan kembali diri Anggun pada dunia. Durasi 25 menit film ini merangkum secara intim pertemuan sepasang bapak-anak setelah lamanya penantian. Seperti judulnya, Jambi menjadi tempat Anggun pulang, merengkuh kembali apa-apa yang ia sempat tinggalkan dalam delapan tahun pelarian.
“Kita setia pada anak,” ujar Bapak, dan barangkali kerinduanlah yang menyetirnya untuk mencintai Anggun sebagai utuh putrinya. Berkompetisi dalam program Kompetisi Pendek FFD 2024, mari kita bersama-sama jatuh cinta dalam welas asih dan hangat cengkrama keluarga Anggun Pradesha. (Athallah, Tuffahati) (Ed. Vanis)
Detail Film
To Face My Father in Jambi (Balek ke Jambi)
Anggun Pradesha | 25 Min | 2023 | Jambi, Indonesia
Berkompetisi dalam kategori Kompetisi Pendek
Festival Film Dokumenter 2024
Jadwal Tayang
Nov. 3 | 13:00 WIB | IFI-LIP
Nov. 5 | 13:00 WIB | Militaire Societeit, TBY