13.00 WIB
PROGRAM “DOCTALK: SEA MOVIE” | AUDITORIUM IFI-LIP
Pada slot ini, kami menghadirkan tiga film dalam program Doc Talk: SEA Movie. Dari potret ketidakmerataan pembangunan dalam kisah Budi dan perjalanan belasan kilometer yang harus ia lalui demi menuju sekolahnya di 15,7 KM (2018), kisah kelompok transgender dalam menghadapi diskriminasi dan represi yang mereka alami di Dahan yang Rapuh, Bunga yang Tumbuh (2018). Hingga Kertas Merah (2018) yang merekam bagaimana tradisi dihadapkan dengan persoalan personal, dalam hal ini seksualitas.
13.30 WIB
LAKARDOWO MENCARI KEADILAN (2018) | SOCIETET TBY
Dalam salah satu film di program Lanskap ini, Linda Nursanti merekam perjuangan Sutamah, Nurasim, Suhan, Heru, Prigi bersama masyarakat Lakardowo lainnya ketika ruang hidup mereka terancam dengan kehadiran PT. Putra Restu Ibu Abadi (PT. PRIA) yang melakukan aktivitas penimbunan limbah B3 secara ilegal.
15.00 WIB
GOODBYE MY LOVE NORTH KOREA (2017) | SOCIETET TBY
Merekam kisah tragis mereka yang terusir dari tanah kelahirannya sendiri. Goodbye My Love North Korea mengikuti delapan lelaki asal Korea Utara yang pergi ke Moscow di tahun 1952, dan mencari perlindungan politik di tahun 1958 setelah menolak Kim Il-sung. Menghadirkan pertanyaan tentang apa itu tanah air ketika nasionalisme pada akhirnya selalu menjadi monopoli satu rezim politik tertentu, fenomena yang tidak hanya terjadi di Korea Utara, namun juga belahan dunia lain. Film ini merupakan salah satu film dalam program Human, Frame by Frame.
15.20 WIB
PROGRAM “DOC TALK: FESTIVAL FILM PAPUA” | DISKUSI | AUDITORIUM IFI-LIP
Slot ini akan diisi dengan pemutaran 4 film dari program Doc Talk: Festival Film Papua. Dari RPP (Resep Pendidikan Papua) (2018) yang merekam kisah Tri Ari Santi, seorang guru dalam upayanya menerapkan pendidikan kontekstual di sekolahnya, SDI Saminage. Ia dan siswa-siswinya merekam proses belajar mengajar mereka lewat ponsel. Dipenjara (2018) yang merekam permasalahan HAM di Papua Barat lewat kisah Yanto Arwekeon, salah satu dari sekian banyak aktivis di tanah Papua yang selalu mendapatkan diskriminasi berupa penangkapan, intimidasi, serta pemenjaraan oleh aparat keamanan di tanah Papua. Potret lain bagaimana pembangunan infrastruktur hanya mempercepat kehancuran alam, lewat kisah yang dituturkan dari sudut pandang penebang pohon di Taman Nasional Lorentz di Generasi Kayu Lapuk (2018). Hingga Tete Manam (2018) yang menyajikan kisah Tete (Kakek) Manam kembali ke Jayapura, tempat ia dulu bekerja pada 1958 di satu perusahaan konstruksi milik Belanda, setelah keputusannya meninggalkan Jayapura pasca PEPERA 1969. Slot ini juga akan diisi dengan program diskusi bersama Ottow Wanma, koordinator Papuan Voices Wilayah Tambrauw Papua Barat dan Imanuel Hindom, anggota Papuan Voices Wilayah Keerom.
19.00 WIB
MALAM PENGANUGERAHAN DAN PENUTUPAN FFD 2018 | SOCIETET MILITAIR TBY
Agenda ini menjadi penutup rangkaian Festival Film Dokumenter (FFD) 2018 yang diselenggarakan tanggal 5 sampai 12 Desember 2018. Seluruh pemenang dari Kompetisi Dokumenter FFD 2018 akan diumumkan di agenda ini.