Spirit eksperimentasi dalam proses penggarapan dokumenter memungkinkan sutradara untuk dapat bermain di antara batas dalam proses kekaryaannya. Begitu pula yang dilakukan oleh sutradara Sunshower (2024), Micko Boanerges. Film yang termaktub dalam program Kompetisi Panjang Indonesia FFD 2024 ini telah ditayangkan pada Selasa, 5 November 2024 di Auditorium IFI-LIP Yogyakarta, pukul 13.00 WIB. Sunshower (2024) mengabadikan potret kondisi politik di Indonesia selama masa pemilihan umum melalui rekaman keseharian dan percakapan sepasang lansia yang merupakan kakek-nenek Micko sendiri. Setelah pemutaran selesai, para penonton berkesempatan mengikuti sesi tanya-jawab langsung bersama Micko.
Berikut rangkuman tanya-jawab antara sutradara Sunshower (2024) dengan para penonton.
Apa pesan yang sesungguhnya tersemat pada adegan final, tepatnya ketika terdapat suara latar belakang dari TV yang menampilkan pidato seorang bakal calon presiden, kemudian tiba-tiba terdapat efek visual berupa hujan dan guntur?
Bagi Micko, ketimbang “pesan”, sebenarnya ia lebih ingin berfokus pada penyampaian ekspresi. Pidato dari seorang bakal calon presiden tersebut pada gilirannya telah berhasil menyembulkan riak-riak kemarahan dalam diri Micko. Dengan begitu, ia ingin menyalurkan kemarahannya tersebut melalui bahasa visual di dalam film yang kemudian diterjemahkan lewat karakter cuaca, yakni hujan dan sambaran guntur.
Mengapa palet warna hitam putih dipilih menjadi salah satu bentuk estetika visual yang mengiringi sepanjang durasi film?
Bukan tanpa sebab tentunya, Micko memonokromkan Sunshower (2024). Ini adalah pilihan estetika yang digunakannya untuk mengabadikan ingatan-ingatan masa silam yang justru secara signifikan turut bergerak membangun konstruksi narasi masa kini dalam film. Ia menyebutnya sebagai “ruang-ruang di antara”; in between. Di antara hitam dan putih. Namun, tak berhenti pada pilihan warna tema saja. Micko juga memanfaatkan situasi pancaroba, yakni panas dan hujan yang tak konsisten, sebagai penegas atas situasi tak pasti yang menjadi salah satu tema besar dalam film ini.
Sejauh mana sutradara memilah dan memilih footage untuk ditenun menjadi satu kesatuan yang utuh dalam film?
Mengingat Sunshower (2024) banyak berinvestasi pada pengalaman keseharian kakek dan neneknya, Micko yang telah mengetahui patron aktivitas keduanya pun merasa cukup terbantu. Namun, ia tak hanya berpangku tangan pada hal itu. Untuk mengoptimalkan kesan ketidakpastian yang menyelimuti kondisi politik dalam negeri melalui bahasa visual filmnya, Micko juga secara konsisten dan sabar menanti perubahan cuaca, panas dan hujan, dalam periode waktu yang cukup lama.
Apakah Bangka yang dijadikan sebagai latar tempat dalam film berperan fungsional dalam menjadi penanda bagi waktu dan kehidupan sutradara yang melambat di tempat tersebut?
Micko memang tinggal di Jakarta dan latar Sunshower (2024) merupakan kediaman kakek dan neneknya yang berada di Bangka. Ia pun tak menampik bahwa Bangka menjadi penanda sekaligus pengingat atas kehidupan yang melambat dan menjarak. Pengingat atas ruang dan waktu yang harus terus berjalan dan berlanjut; Micko tak bisa selamanya di Bangka, ia harus kembali ke Jakarta. Hal ini juga didukung oleh satu adegan yang memperlihatkan Micko sedang berdialog dengan temannya. Mereka saling bertanya kapan kembali bekerja, kapan kembali ke Jakarta. Lagi-lagi, sisi in between ditampilkan. Antara Bangka dan Jakarta; antara rural dan urban. Di samping itu, Bangka secara signifikan juga memproyeksikan adanya jarak generasi (generation gap) antara Micko dengan kakek-neneknya. Hal ini ditunjang dengan potongan adegan yang beberapa kali menunjukkan Micko, kakek, dan neneknya berada di dalam ruangan yang sama, tetapi mereka tak saling bicara.
Sunshower (2024) menawarkan cara pandang dan cara tutur yang lentur dalam merespons kompleksitas kondisi politik di Indonesia. Retrospeksi sekaligus refleksi yang hadir lewat aktivitas keseharian subjeknya menggarisbawahi peran dan fungsi pemilihan estetika sutradara dalam menyelipkan pesan, atau yang lebih suka disebut Micko sebagai ekspresi personal, lewat dokumenter. Sunshower (2024) masih dapat Anda saksikan dalam program Kompetisi Panjang Indonesia FFD pada Kamis, 7 November 2024, pukul 19.00 WIB di Ruang Seminar, TBY.
Diliput oleh Hesty N. Tyas pada 5 November 2024 (Ed. Vanis)