Tidak seperti bincang bersama seniman maupun diskusi interaktif lain, presentasi DOC Interactive yang dilaksanakan Kamis, 7 Desember 2023, memberikan pengalaman berbeda kepada para pengunjung yang hadir. Jika dalam acara semacam ini pada umumnya pengunjung duduk di atas kursi dan obrolan yang tersalur lewat pengeras suara, maka dalam bincang kali ini, pengunjung dan pembicara duduk dengan setara di lantai yang sama. Tak ada kursi atau sofa, begitu pula dengan pengeras suara. Alhasil, dengan dibersamai seniman pengkaryanya, Sirin Farid Stevy dan Rangga Purbaya, bincang bersama seniman DOC Interactive: Faith in Speculations (FIS) berjalan dengan intim dan terasa seperti tongkrongan sesama teman.
Tepat di depan karya FIS, kegiatan ini dibuka dengan presentasi Rangga Purbaya yang menjelaskan mengenai cara kerja laman visual yang menampilkan titik-titik merah. Titik-titik tersebut merupakan lokasi narasi ingatan tentang peristiwa 1965 dan kisah-kisah di sekitarnya didokumentasikan. Ia juga menjelaskan setiap fitur yang tersedia dan dapat diakses melalui tautan laman fis.1965.or.id/. Narasi-narasi yang didapatkan Rangga Purbaya dan Sirin Farid Stevy merupakan hasil riset dan kisah personal pencarian kakek Sirin yang dilakukan Farid dan keluarganya. Pengumpulan data yang terus dilkakukan juga memberikan peluang masyarakat untuk turut berkontribusi menyampaikan narasinya soal seluk-beluk kisah tentang dan/atau sekitaran peristiwa 1965.
Dalam kesempatan ini, hadir pula salah seorang pengembang laman FIS, Debby Gea. Ia bersama Wawan menjadi orang di balik bentuk laman FIS untuk mengalihwahanakan data dan narasi yang telah dikumpulkan. Upaya yang mereka lakukan merupakan bentuk digitalisasi memori-memori tentang peristiwa mencekam tersebut.
Menanggapi pertanyaan mengenai keberlanjutan platform FIS di tengah perkembangan (baca: pergeseran) teknologi, Rangga menjelaskan bahwa FIS akan selalu mengikuti perkembangan teknologi dan menyesuaikan platform yang tersedia. Farid menambahkan, bahwa di luar persoalan kemungkinan narasi 1965 akan tersampaikan kepada generasi selanjutnya, hal terpenting dalam upaya ini merupakan bagaimana narasi ini bisa dibaca. Persoalan yang tak kalah penting merupakan pencarian cara untuk mempertemukan platform ini kepada penonton yang dituju.
Dialog yang terjadi di ruang diskusi tak hanya tertuju pada satu arah, melainkan menjadi dialog yang cair antarsemua yang hadir, baik pembicara maupun pengunjung. Para pengunjung yang hadir dalam ruang tersebut turut menceritakan narasinya masing-masing yang berkaitan dengan peristiwa 1965. Agnes, salah seorang pengunjung menceritakan narasi mengenai peristiwa di tahun tersebut yang ia dapat dari neneknya.
Rangga juga turut menjelaskan mengenai proses moderasi narasi dan data yang dimasukkan dalam proyek FIS. Bersama timnya, ia memoderasi narasi yang masuk dengan memilah dan memilih narasi dari sumber primer maupun narasi turunan dengan validasi kelogisan narasi. Sambil menjelaskan, ia pun dengan sigap mempraktikkan dan menunjukkan data-data yang termuat dalam laman FIS.
Narasi mengenai sepak bola, penangkapan, partisan, sampai eksil dari peristiwa 1965 menjadi jalinan narasi yang dijahit lewat titik-titik merah proyek FIS. Titik-titik itu menunjukkan lokasi narasi itu berlangsung dengan “nyaris” spesifik, tetapi beberapa di antaranya sengaja dikaburkan demi alasan keamanan. Proyek yang digagas Farid dan Rangga merupakan proyek jangka panjang untuk mengumpulkan narasi yang “hilang” sebelum, selama, dan setelah peristiwa 1965. Dalam beberapa waktu ke depan, setiap pengunjung laman dapat mengirimkan narasinya sebagai bagian dari narasi FIS. Narasi-narasi itulah yang kemudian dapat dijadikan medium merawat ingatan lewat proyek ini.
Diliput oleh Ahmad Radhitya Alam pada 7 Desember 2023.