Penutupan dan Penganugerahan FFD 2024: Kejutan, Harapan, dan Peluang Ekspansi Ruang

— Berita
FFD 2024

Festival Film Dokumenter (FFD) 2024 telah mencapai penghujung penyelenggaraanya. Diselenggarakan selama 9 hari berturut-turut, 71 film–baik dokumenter pendek maupun panjang–ditayangkan dalam berbagai program. Diawali dengan program prafestival Le Mois du Film Documentaire yang diselenggarakan pada 1 November 2024 di IFI Yogyakarta dan sesi pemutaran terakhir dari program Spektrum dan Lanskap di Taman Budaya Yogyakarta (TBY).

Tahun ini, FFD telah menapaki penyelenggaraanya ke-23 dengan menghadirkan berbagai program, meliputi Kompetisi (Kompetisi Panjang Internasional, Kompetisi Panjang Indonesia, Kompetisi Pendek, Kompetisi Pelajar), Perspektif (Sinema Ketiga), Spektrum, Retrospektif (Jocelyne Saab), Lanskap (Budaya Hantu, Terraform, Bentang Sinema, Rasi Relasi), Utopia/Dystopia, Docs Docs: Short!, DOC Talk, Exhibition, dan Le Mois du Film Documentaire. Program Exhibition dengan tajuk Kemewaktuan menjadi program terakhir yang dihadirkan dalam rangkaian program FFD 2024 yang saling bergerak secara simultan. Lebih dari empat ribu pengunjung dari seluruh penjuru dunia hadir dalam ragam program yang dilaksanakan.

Dalam penyelenggaraanya, FFD 2024 dilaksanakan beriringan dengan Laboratorium Dokumenter Indonesia (IDOCLAB) 2024 juga telah selesai dilaksanakan secara intensif di GAIA Cosmo Hotel. Ini merupakan penyelenggaraan kedua IDOCLAB setelah diawali pada tahun 2023 lalu. Para inisiator, sutradara, dan produser dari film dokumenter yang terseleksi telah bergabung mengikuti lokakarya secara intensif selama 3 bulan untuk mengembangkan proyek bergerak mereka. Proyek-proyek dokumenter tersebut datang dari ujung timur hingga ujung barat Indonesia untuk merepresentasikan kekayaan khazanah budaya Indonesia yang majemuk.

Malam penganugerahan dan penutupan FFD 2024 dilangsungkan di Militaire Societeit TBY dan dihadiri oleh para pembuat film, dewan juri, pengelola program, dan perwakilan mitra yang terlibat dalam penyelenggaraan festival serta dibuka untuk publik. Acara ini dibuka oleh Vanis sebagai Manajer Komunikasi FFD 2024 yang membacakan deskripsi rangkaian penyelenggaraan festival. Setelahnya, acara dilanjutkan rangkaian sambutan dan pengumuman ragam kategori anugerah kompetisi dokumenter. “Kami berterima kasih dengan sangat kepada para mitra dan pihak yang telah mendukung rangkaian Festival Film Dokumenter 2024 selam sembilan hari berturut-turut,” tukasnya.

Rangkaian sambutan diawali oleh Nujul Kristanto selaku Pamong Budaya Ahli Madya, Ketua Tim Apresiasi dan Literasi Film, Kementerian Kebudayaan RI yang mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras untuk mensukseskan acara ini. Nujul berharap para alumni IDOCLAB dan FFD terus berkembang dan meningkatkan kualitas karya mereka, baik di tingkat lokal maupun internasional. Sambutan tersebut ditutup dengan pantun sebagai doa untuk masa depan yang lebih cerah. “Kita doakan FFD ini berlanjut terus, semakin meningkatkan kualitas,” ungkapnya.

Kurnia Yudha selaku Program Director IDOCLAB melanjutkan dengan menyampaikan bahwa IDOCLAB hadir untuk menceritakan kemajemukan Indonesia melalui bahasa visual yang mendalam. Tiga proyek terpilih tahun ini, yakni A Ghost Story from Reba (Radu), Agoni and Stones from the East (Agoni dan Batu-batu dari Timur), dan The Unknown Prologue, masing-masing menggali tema sosial, kultural, dan kompleksitas Indonesia dengan cara yang unik serta mengajak penonton untuk merenung lebih dalam tentang berbagai lapisan masalah yang ada di masyarakat. “Kita menemukan kekuatan reflektif untuk menceritakan bagaimana hal yang sangat personal selalu terhubung pada kerangka masalah yang lebih besar,” ucapnya.

Setelah pengumuman dan penganugerahan proyek terpilih dalam IDOCLAB 2024, acara penutupan FFD 2024 dilanjutkan dengan penganugerahan film program kompetisi. Terdapat empat kategori yang diumumkan pada program kompetisi tahun ini, meliputi kategori dokumenter pelajar, dokumenter pendek, dokumenter panjang Indonesia, dan dokumenter panjang internasional. Pada sesi ini, para juri dalam setiap kategori mengumumkan para pemenang sekaligus memberikan pernyataan pertanggungjawabanya mengenai kategori yang diampunya. Presentasi para juri dari seluruh kategori kompetisi dilakukan oleh Alia Damaihati selaku Direktur Festival FFD 2024.

Kategori pelajar menjadi kategori yang pertama diumumkan dalam rangkaian pengumuman malam itu. Valencia Winata dan Diah Kusumaningrum sebagai perwakilan juri membacakan pernyataan pertanggungjawaban juri kategori pelajar yang telah disusun pula bersama Permata Adinda. Tidak pemenang yang diumumkan dalam kategori pelajar, tetapi mereka mengapresiasi kerja-kerja dokumenter yang dilakukan oleh lima film nominasi yang terseleksi dalam kategori ini. Terlebih, empat di antara film tersebut berasal dari Indonesia Timur yang kerap kali suaranya terpinggirkan dan termarjinalkan. “Saat ini, kita berada dalam iklim sosial dan politik yang semakin tidak menentu, dan harapan terbaik yang kita miliki adalah kemampuan untuk berimajinasi. Kami percaya bahwa para pembuat film pelajar memiliki banyak kesempatan di masa depan untuk mengeksplorasi dan mempertajam kemampuan tersebut,” jelas mereka. Barangkali pemenang dalam kategori ini tidak ada, tetapi harapan munculnya para pembuat film dokumenter muda yang menampilkan narasi reflektif terbuka lebar dengan ekspansi ide dan ruang tayang yang semakin luas. Akhirnya, dewan juri mengumumkan anugerah Jury Special Mention kategori pelajar yang diraih oleh Henge’dho (Sesilia Y.Y. Klaran, 2023).

Pengumuman selanjutnya hadir dari kategori dokumenter pendek terbaik yang disampaikan oleh Mira Asriningtyas dan Sébastien Simon sebagai perwakilan juri kategori ini. Setelah melakukan berbagai pertimbangan, para juri memutuskan memilih A Tale for My Daughter (Tutaha Subang) (Wulan Putri, 2024) sebagai penerima anugerah dalam kategori Kompetisi Pendek FFD 2024. “Film ini menawarkan perspektif yang sangat pribadi sekaligus sentuhan kontemporer pada masalah yang sangat mendesak: beban masa lalu pada masa kini. Film ini melakukannya melalui visual yang puitis dan pendekatan formal yang konsisten yang memungkinkannya untuk bereaksi terhadap inti emosional yang sebenarnya,” tutur Simon.

Didampingi Asep Komarudin selaku Produser Eksekutif A Tale for My Daughter (2024), Wulan menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para dewan juri. Ia juga menyampaikan kutipan dari Rocky Gerung mengenai rahim sebagai tempat keadilan pertama dirasakan seorang anak. “Penghargaan ini aku persembahkan untuk kawan-kawan di Awyu, di Papua Selatan yang mungkin sudah harus melalui sekian banyak kesedihan kalah beberapa kali di PDUN dan Mahkamah Agung,” tambahnya.

Kategori selanjutnya merupakan kategori Kompetisi Panjang Internasional. Dewan juri yang terdiri dari Thong Kay Wee, Ade Darmawan, dan Swan Dubus memutuskan untuk memberikan anugerah kategori ini kepada After the Snowmelt (Yi-Shan Lo, 2024). Dengan diwakili oleh Swan Dubus, berikut merupakan penyataan pertanggung jawaban juri. “Setelah berunding, para juri memutuskan untuk memberikan penghargaan Film Panjang Internasional Terbaik kepada film yang sangat introspektif tentang kehilangan yang tak terduga dan perjalanan kesedihan dan penyembuhan. Melalui penggunaan adegan-adegan puitis yang tenang dan kombinasi dari arsip pribadi dan publik, lapisan-lapisan rasa bersalah dan kesedihan perlahan-lahan terurai dan menyelimuti para juri di dalam rasa kehilangan yang luar biasa dari sang pembuat film. Rapuh namun berani, film ini secara sensitif mendokumentasikan gejolak emosi pada saat-saat yang paling intim, dan berfungsi sebagai latihan sinematik terapis untuk menemukan penangguhan hukuman dan ketenangan di dalam diri sendiri.”

Sayangnya, dalam malam yang membahagiakan untuknya ini, Yi-Shan Lo selaku sutradara After the Snowmelt (2024) belum dapat hadir secara langsung. Melalui rakaman video, ia menyampaikan rasa terima kasih dan permohonan maafnya yang tidak dapat hadir dalam agenda tersebut. “Saya sangat bahagia atas penayangan perdana film ini di Indonesia. Saya juga berterima kasih pada seluruh juri atas penghormatannya pada kami dengan anugerah ini. Film ini adalah kisah tentang persahabatan dan kehilangan tentang bagaimana dua orang menghadapi kepergian orang yang mereka cintai, mencari makna dari bertahan hidup dan kehidupan di belantara dan pegunungan. Juga, ini adalah kisah pergumulan tentang gender dan identitas sebuah perjuangan yang kami yakini dihadapi banyak orang di lintas generasi dan bangsa. Saya mohon maaf karena tak bisa menghadiri pemutaran film dan malam penganugerahan secara langsung,” jelasnya.

Kompetisi Film Panjang Indonesia menjadi kategori yang sangat ditunggu pengumumannya malam itu. Keempat nominasi dalam kategori ini menawarkan berbagai perspektif sosio-kultural dengan pendekatan yang intim. Berdasarkan pertimbangan dan diskusi intens para dewan juri yang terdiri dari Chayanin Tiangpitayagorn, Novasari Widyaningsih, dan Amelia Hapsari, terpilihlah The Silent Path (Yonri Revolt, 2024) sebagai peraih anugerah dalam Kompetisi Panjang Indonesia FFD 2024. “Bagi kami para anggota juri, film yang kami beri penghargaan adalah film yang kami anggap paling berhasil mengisi ruang-ruang di layar. Baik dengan keintiman, nuansa, pendekatan khusus, lapisan narasi atau elemen yang mengejutkan dari subjek yang didokumentasikan––baik dengan keseriusan atau keceriaan. Melalui kehidupan yang kompleks dari seorang pria yang telah menyaksikan penindasan berlapis-lapis, tapi tetap memberikan kasih sayang dan harapan; kita melihat kisah yang lebih bernuansa tentang sebuah negeri dan masyarakatnya,” ungkap Amelia Hapsari.

Pengumuman anugerah ini menjadi sebuah kejutan untuk Yonri sebab ia tak mengira menjadi pemenang. “Terima kasih untuk juri yang sudah memilih film kami, makasih juga untuk teman-teman yang datang untuk menonton dengan diskusi yang menurut saya sangat beragam dan intens, saya senang dengan pengalamannya. Terima kasih saya sampaikan kepada para teman-teman kru film kami yang senantiasa membantu tanpa dibayar,” jelasnya dalam pidato penerimaan penghargaan. Rendy Rizal selaku produser juga menambahkan harapannya terhadap FFD dan sinema di Papua, “Semoga FFD terus berlanjut dan semoga film ini jadi penanda untuk bangkitnya bahasa-bahasa sinema di Papua untuk muncul di permukaan, terima kasih.”

Dipersembahkan oleh Forum Film Dokumenter, FFD 2024 hadir sebagai ruang berkembang dan distribusi dampak untuk berbagai dokumenter yang ditayangkan dalam ragam program. Letupan-letupan kebaruan yang melampaui batas dan ekspansi ruang tayang yang inklusif tersebut didukung oleh Kementerian Kebudayaan RI, Dana Indonesiana, Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) RI, dan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DI Yogyakarta. Selain itu dukungan juga diberikan mitra festival yang terdiri dari Taman Budaya Yogyakarta, Institut Francais Indonesie, Epson Indonesia, Rekam Bergerak, KDM Cinema, Cemeti Institut untuk Seni dan Masyarakat, Ruang MES 56, Pandhu HB Art Organizer, dan Jogja Festivals. Perayaan festival ini juga tidak akan semenakjubkan ini tanpa sentuhan magis artis kolaborator FFD 2024, Kurniadi Widodo dengan karya fotografinya yang mengagumkan dan Wok the Rock untuk video bumper festival eksperimentalnya.

FFD 2024 menjadi ruang yang hangat dan inklusif untuk para pembuat film, seniman, kritikus, dan pengunjung yang hadir dalam ruang yang sama. Itu pula yang dirasakan oleh Bagaskara DBA, sutradara Three Parts of Life (2024) yang ditayangkan pada program Lanskap: Bentang Sinema. “FFD dari tahun ke tahun selalu spesial. Alhamdulillah, filmku bisa ditayangkan dan aku bisa ngobrol dengan para panitia dan volunter yang hangat. Seperti tanpa batas, semuanya melebur,” ungkapnya. Di akhir sesi seluruh volunter dipersilahkan untuk maju ke depan panggung sebagai wujud apresiasi. Rekaman video mereka selama pelaksanaan festival juga ditampilkan dengan iringan musik jedag-jedug. Akhirnya, FFD 2024 telah usai, tetapi wacana yang berkisar di antaranya terus bertumbuh dan menciptakan harapan baru untuk dokumenter Indonesia.

Berikut adalah daftar proyek terpilih IDOCLAB 2024 dan peraih penghargaan kompetisi:

Proyek Terpilih IDOCLAB 2024
A Ghost Story from Reba (Radu)
Sutradara: Iqbal Keane Kembaren | Produser: Vibinur Wulandari | Karo, Sumatera Utara

Agony and Stones from The East (Agoni dan Batu-batu dari Timur)
Sutradara: Engel Seran, Suvi Wahyudianto | Produser: Ivonne Kani | Belu, Nusa Tenggara Timur

The Unknown Prologue
Sutradara: Jae Khoirun Sirfefa | Produser: Muhammad Rafi Tanjung | Kaimana, Papua Barat

Penerima Anugerah Kategori Kompetisi FFD 2024
Penghargaan Khusus dari Juri (Jury’s Special Mention) Kompetisi Pelajar
Henge’do
Sesilia Y. Y. Klaran (2023) | Nusa Tenggara Timur, Indonesia

Penghargaan Anugerah Kategori Kompetisi Pendek
A Tale for My Daughter (Tutaha Subang)
Wulan Putri (2024) | DKI Jakarta, Indonesia

Penghargaan Anugerah Kategori Kompetisi Panjang Indonesia
The Silent Path (Soebertono Mote)
Yonri Revolt (2024) | Papua, Indonesia

Penghargaan Anugerah Kategori Kompetisi Panjang Internasional 
After the Snowmelt (雪水消融的季節)
Yi-Shan Lo (2024) | Taiwan & Jepang

 

Diliput oleh Ahmad Radhitya Alam pada 9 November 2024 (Ed. Vanis)