Di tengah hiruk pikuk geliat perkembangan dokumenter yang senantiasa bergerak dan beranjak melampaui batas tak terlihat, Festival Film Dokumenter (FFD) kembali hadir dalam penyelenggaraannya yang ke-23. Dalam proses panjang ini, FFD terus tumbuh dan senantiasa memberikan ruang eksperimentasi dokumenter yang menembus batasan-batasan bentuk, baik dalam inovasi naratif, maupun visi artistik.
Tahun ini, FFD menayangkan 67 film dari 32 negara yang terbagi dalam 9 program. Program-program yang ditawarkan mengusung tema dan landasan seleksi berbeda yang digarap oleh pengelola program yang berlatar belakang yang beragam. Salah satu program tematik andalan FFD, Perspektif, mengangkat tema Sinema Ketiga yang membahas bagaimana geliat Sinema Ketiga hadir sebagai aksi untuk menggugat gerakan sinema yang mendahuluinya. Program-program dalam FFD 2024 tidak hanya berbasis pada penayangan film dokumenter, melainkan juga menghadirkan rangkaian diskusi serta eksibisi. Rangkaian festival digelar pada 2-9 November 2024 di dua lokasi, yakni Taman Budaya Yogyakarta dan IFI-LIP Yogyakarta.
Serangkaian program FFD 2024 diawali dengan acara pembukaan yang diselenggarakan pada pukul 15.45 WIB, 2 November 2024. Berlokasi di Lobi Militaire Societeit, Taman Budaya Yogyakarta, acara pembukaan FFD 2024 turut dihadiri oleh Kepala Bidang Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DI Yogyakarta, para sineas dokumenter, seniman lintas disiplin, dan tamu publik. Dengan dipandu oleh Alia Damaihati dan Vanis sebagai bagian dari Forum Film Dokumenter, acara dibuka dengan rangkaian sambutan dan ditutup oleh pertunjukan repertoar “Ghost Light” karya sutradara Timoteus Anggawan Kusno.
Tahun ini, FFD mencoba merayakan dokumenter yang berusaha keluar dari ruang sempit yang mengekang dalam bentuk dan pembacaan yang seringkali mempertanyakan keyakinan dalam kerja-kerja dokumenter. Sayangnya, terkadang keyakinan tersebutlah yang membatasi sineas dokumenter dalam berekperimentasi bentuk artistik dan wacananya. Alia Damaihati, selaku Direktur Festival FFD 2024 menyampaikan, “Kami ingin membawakan argumen (narasi) mengenai kemewaktuan dalam program-program (FFD) tahun ini dengan tidak mengesampingkan praktik sinema yang sudah ada.”
Dalam sambutannya, Kurnia Yudha F., sebagai Direktur Forum Film Dokumenter dengan bangga menjelaskan sulur pergerakan FFD. “Penyelenggaraan yang konsisten selama 23 tahun telah menjadikan festival ini barometer bagi pengembangan dokumenter di wilayah Indonesia.” Ia juga turut menjelaskan mengenai program IDOCLAB yang kembali diselenggarakan tahun ini beriringan dengan FFD. Selain itu, karya dokumenter hasil lokakarya IDOCLAB 2023 juga ditayangkan dalam penyelenggaraan FFD 2024 dalam program Lanskap: Rasi Relasi.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh François Dabin selaku Direktur IFI Yogyakarta. “FFD telah menjadi platform yang luar biasa serta memungkinkan penonton untuk menemukan film (bagus) dari seluruh dunia. FFD juga memberikan kesempatan bagi sineas muda Indonesia untuk menunjukkan karya mereka kepada banyak orang dan terhubung dengan para jurnalis berbakat,” ujarnya. Ia juga menyampaikan bahwa IFI Yogyakarta dengan bangga mendukung penyelenggaraan FFD 2024.
Tahun ini, 12 sesi pemutaran film diselenggarakan di Auditorium IFI Yogyakarta yang dimulai sejak tanggal 2 November 2024. Ia menambahkan bahwa IFI berkomitmen untuk mendukung segenap penyelenggaraan FFD. Dalam penutup pidatonya, François juga mengucapkan terima kasih dan selamat kepada Kurnia Yudha, Alia Damaihati, dan seluruh penyelenggara FFD atas dedikasinya. Kerja keras panjang tersebut dalam perjalanannya dapat menghadirkan film yang beragam dan berkualitas berturut-turut selama 23 tahun penyelenggaraan festival. Semua aspek inilah yang akhirnya menjadikan FFD sebagai salah satu festival film tertua yang masih aktif di DI Yogyakarta.
Sambutan terakhir disampaikan oleh Dra. Y. Eni Lestari Rahayu, Kepala Bidang Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DI Yogyakarta. Beliau berharap semoga FFD dapat selalu menjadi bagian upaya menguatkan identitas budaya indonesia serta menjadi sarana pengembangan insan perfilman. “Mari bersama-sama mengapresiasi film-film dokumenter. Mari menjelajah kenyataan-kenyataan yang tersembunyi,” tutupnya.
Setelah rangkaian sambutan tuntas disampaikan, pembukaan FFD 2024 ditutup dengan pertunjukan performatif Ghost Light karya sutradara Timoteus Anggawan Kusno. Karya awalnya berupa film dokumenter–atau bisa disebut film teater–ditampilkan secara langsung oleh Ari “Inyong” Dwianto dan Jamaluddin Latif yang memfiksikan suasana auditif melalui produksi suara. Sedangkan di layar ditampilkan dua aktor tersebut sedang mengkoreografikan repertoar, membangun, dan membongkar gagasan tentang monumen, hantu, dan ketiadaan. Karya ini juga dapat disaksikan kembali dalam bentuk audiovisual dalam program Exhibition FFD 2024.
Program Exhibition FFD 2024 tahun ini mengusung tema ketaksaan. Kekaburan film dalam definisi gambar bergerak yang mempertanyakan motif dan makna, fiksi dan nonfiksi, realitas dan sureal membuka celah terhadap eksplorasi medium. Benturan berbagai aspek narasi wacana dan visi artistik menciptakan pengalaman yang membawa kita berada di ruang liminal yang memberi kita ketaksaan dalam memaknai eksibisi ini.
FFD 2024 dipersembahkan oleh Forum Film Dokumenter. Keseluruhan kegiatan festival dapat diakses secara gratis. Tiket menonton tersedia secara langsung di meja-meja registrasi setiap lokasi. Informasi mengenai program-program festival, film, ulasan, dan jadwal penayangan dapat diakses melalui laman www.ffd.or.id atau media sosial @ffdjogja.
Diliput oleh Ahmad Radhitya Alam pada 2 November 2024. (Ed. Vanis)