Di balik pembangunan wilayah Chengdu yang tunak ajek menghasilkan wajah kota yang berubah-ubah, bernanunglah sebuah klub malam bernama Funky Town. Terletak di sekitaran wilayah konstruksi, ia menawarkan suaka bagi anak muda dengan tampilan riuh-gemerlap musik house didampingi pertunjukkan drag yang meneriakkan kebebasan berekspresi penuh gairah. Namun, seperti hal-hal baik lainnya, Funky Town tidak bertahan lama dan mengalami penggusuran oleh karena adanya pembangunan infrastruktur transportasi umum tempat di mana klub itu dibangun. Lantas, bagaimana nasib orang-orang yang menghidupi dan menghidupkan tempat ini di masa kejayaannya?
The Last Year of Darkness (Ben Mullinkosson, 2023) merajut cerita kehidupan di klub penuh gejolak kawula muda yang setiap malamnya beratraksi, mendengarkan musik dengan bass berdentum keras, minum dan melupakan masalah bersama teman sejawat. Kesemuanya mereka lakukan untuk membayar perihal keesokan pagi atas realitas hidup yang penuh cemooh dan kesukaran. Layaknya sebuah sirkus kenyataan, setiap harinya mereka disuguhi dengan pertunjukkan-pertunjukkan spektakuler meskipun di balik layar ada lebih banyak hal-hal pelik yang menggerayangi.
Pilin kelindan antara kenyataan hidup yang dingin dan keras dan pelarian diri menuju suaka Funky Town diperdalam melalui para punggawa protagonis yang juga adalah teman-teman dari Sutradara Mullinkosson. Di awal film, kita bertemu dengan Yihao Yang, seorang penampil drag dengan cerita-ceritanya dalam menghadapi trauma masa kecil dan membahas eksistensialisme diri dalam masa muda. Hadir pula 647, seorang pemuda dengan keahlian dalam bermain skateboard; memenuhi kebutuhan sehari-harinya sebagai pengantar makanan online. Sepanjang film, mereka memberikan percik warna yang membuat film ini bernyawa.
Selain itu, The Last Year of Darkness (2023) juga menampilkan romansa kehidupan yang mewarnai perjalanan Kimberly dan kekasihnya, Xiao Long. Kimberly berjibaku dengan kesehatan mental dan kepercayaan diri yang sudah lama ia derita sejak kecil. Di Funky Town, Kimberly berteman dengan Darkle, seorang DJ dengan kepercayaan dirinya dan termasuk pionir DJ Queer di Funky Town bersama-sama dengan Gena, DJ Russia yang masih bereksplorasi perihal orientasi seksualnya.
Seperti dalam lagu David Bowie, “Life on Mars?”—hadir juga dalam film menemani pertunjukkan drag yang dibawakan Yihao—kehidupan nyata dan segala huru-hara sering mengecewakan dan mendorong manusia untuk mencari alternatif lajur untuk berlari. The Last Year of Darkness (2023) memberikan ruang refleksi bagi para protagonisnya untuk merenungi tentang seri-seri kehidupan yang terjadi. Segala yang ditampilkan di layar tidaklah percik warna yang memanjakan mata, tetapi juga cerminan mengenai bagaimana sebuah ruang imaji dan kenyataan memiliki porsi penting dalam cara kita mengekspresikan jati diri melalui pilihan hidup. Terkadang dalam menghidupi pilihan tersebut, ada sebuah kebanggaan, dan ada juga penyesalan, bahkan keraguan.
Apakah pada akhirnya segalanya yang berlindung di bawah atap FunkyTown dapat bertahan dan tak akan lekang? Atau, ia akan tergusur dan melapuk dalam sirkus kehidupan nyata? (Gantar Sinaga) (Ed. Vanis)
Detail Film
The Last Year of Darkness (午夜出走)
Ben Mullinkosson | 95 Min | 2023 | China, United States
Official Selection for Utopia/Dystopia
Festival Film Dokumenter 2024
Jadwal Tayang
Nov. 6 | 19:00 WIB | IFI-LIP