“Kami mengumpulkan footage dengan durasi mencapai 400 jam. Kejadian ini memberi pengaruh besar dalam hidup kami, sehingga kami ingin membagikan setiap detailnya,” ungkap editor Wan-Yu Lin, akrab dipanggil Jessica. Pernyataan tersebut muncul setelah penayangan film After the Snowmelt (Yi-Shan Lo, 2024) di Militaire Societeit Taman Budaya Yogyakarta, dalam program Kompetisi Panjang Internasional. Malam itu, Yogyakarta diselimuti mendung dan hawa dingin, menciptakan suasana yang mendukung untuk diskusi mendalam tentang pengalaman dua sahabat dekat, Chun dan Yueh, yang terperangkap di dalam gua bersalju di Nepal selama 47 hari. Telah hadir di antara penonton, editor Jessica Wan-Yu Lin yang kemudian berbagi pandangannya tentang proses di balik film tersebut dalam sesi tanya jawab.
Mengenai ritme film yang cukup lambat dan banyaknya momen keheningan, apakah sutradara ingin penonton merasakan kesunyian yang dialami Chun dan Yueh saat terperangkap di dalam gua?
Kami melihat tragedi Chun dan Yueh ini sebagai dampak besar dalam hidup kami. Kami ingin menampilkan setiap detail yang kami anggap bermakna. Perjalanan sutradara Yi-Shan Lo ke Nepal untuk memahami apa yang terjadi pada mereka sangat penting. Jadi, tidak ada niat tertentu untuk menciptakan keheningan, kami hanya ingin menampilkan detail-detail yang dianggap penting. Sutradara juga masih dalam proses belajar membuat dokumenter pada saat itu, sehingga ia berusaha merekam sebanyak mungkin, bahkan kami mengumpulkan footage selama 400 jam, karena kami benar-benar ingin menangkap segalanya.
Selanjutnya, bagaimana pendekatan riset yang dilakukan agar dokumenter ini tidak terkesan eksploitatif?
Sutradara Yi-Shan Lo mempelajari sejarah, sehingga ia terbiasa untuk menulis dan memetakan peristiwa dengan cermat. Sebagai editor, saya juga melakukan riset tentang hubungan mereka melalui berbagai sumber yang ada, seperti Facebook, messenger, dan ponsel lama mereka. Banyak yang saya temukan, namun tidak semua bisa kami bagikan. Salah satu upaya kami agar film ini tidak terkesan eksploitatif adalah dengan menjaga privasi yang diperlukan. Kami hanya membagikan apa yang relevan. Jadi, seluruh film ini menggunakan perspektif sutradara, tanpa mengglorifikasi sisi mana pun, karena itu adalah cara yang paling adil untuk melakukannya.
Dengan pendekatan yang penuh empati juga riset yang dilakukan sungguh-sungguh, After the Snowmelt (2024) menjadi sebuah penghormatan terhadap pengalaman manusia. Jessica menekankan bahwa film ini menyampaikan kisah yang otentik dari sudut pandang sutradara sebagai seorang sahabat, tanpa mengorbankan integritas para subyek yang terlibat.
Diliput oleh Tirza Kanya pada 4 November 2024. (Ed. Vanis)