Taiwan Documentary: Into the Time Capsule

— Highlight Program
FFD 2018
Taiwan Documentary: Into The Time Capsule

Momen dan waktu hanya berlalu dalam sekejap. Berabad-abad manusia mencari bak kesetanan cara menghentikan waktu; demi kesempatan lebih baik untuk menyesap peristiwa di dalamnya. Bagaimanapun juga, akumulasi pengalaman personal memiliki andil dalam pendefinisian diri. Ketika momen dan peristiwa yang lekat dengan seseorang dihadirkan di depan ratusan pasang mata asing, membawa di dalamnya definisi-definisi intim, sebuah penggalan baru tercipta. Nyaris kudus, layaknya sihir. Sinema memungkinkan hal tersebut. Sementara, jarak yang hadir di antara subjek dalam layar, usaha satu subjek untuk menangkap subjek lain lalu dimasukan ke layar, dan kegiatan menonton subjek lain dalam layar setelah ditangkap oleh subjek tak terlihat; dokumenter menghilangkannya barang sejengkal.

“Taiwan Documentary” melihat kilasan dari sejarah panjang masyarakat Taiwan, tanpa mengabaikan kompleksitas, dengan lebih menyorot kesederhanaan momen sehari-hari. Potongan-potongan kehidupan ini menjadi lengkap lewat tangkapan mata penonton; yang berjarak namun tetap punya porsi kedekatannya sendiri. Lapisan konteks hadir dalam detail-detail kecil. Kilasan memang tidak pernah cukup, namun dibutuhkan untuk menghadirkan pandangan; seperti kapsul waktu. Dari dalamnya mungkin terdengar suara, mungkin juga terlihat siluet. Film-film ini memanggil penonton untuk menengok ke dalamnya.

Dalam koleksi film pendek, empat film dihadirkan. The Mountain (1966) dan Modern Poetry Exhibition/1966 (1966) adalah dua film restorasi yang menghadirkan wajah-wajah seniman-seniman muda Taiwan di tahun 90-an. Ide dan cita dibicarakan dalam dua cara yang berbeda. The Mountain bertutur dalam ritme: perjalanan pendakian, pikiran-pikiran kritis yang disuarakan dalam wawancara di tiap interval, serta latar musik yang mengangan mimpi. Modern Poetry Exhibition/1966 sementara itu bertutur dalam statik: potongan pita film merekam ekshibisi modern di masa lampau, pikiran-pikiran visioner dibaca lewat karya-karya yang ditangkap kamera, sekaligus suara putar proyektor lawas dan masa depan berjalan mundur.

Experiment 002 (Extracted from Video Documentation of the Symposium of “Theatre Quarterly”) (1994) dan The Prophet (2016) merupakan usaha menghadirkan karya penciptaan masa lampau. Film pertama merupakan potongan dokumentasi yang mencoba menangkap momen pemutaran film Experiment 002 karya Huang Hua-cheng, yang saat ini hilang. Ironisnya, seolah mempertegas status hilangnya, momen yang dicoba dihadirkan tidak dapat ditemukan di dalam rekaman. The Prophet mencoba membawa karya lain dari Huang Hua-cheng, sebuah naskah yang menceritakan dialog sepasang kekasih. Di dalam film, tirai merah pada panggung yang kosong, dan lampu sorot yang perlahan meredup di area tempat duduk penonton di mana kedua aktor berdialog dan membangun kontras.

Koleksi film panjang menghadirkan dua film, Small Talk (2016), kisah tentang keterasingan di dalam relasi seorang ibu dan anak yang hidup di satu atap. Relasi yang barangkali janggal atau keduanya selama ini justru menghidupi zona nyaman yang hanya ada di dalam kepala mereka saja. Serta Goodnight & Goodbye (2018) yang merekam kisah Wu Yao-Tung dan Tom di tengah perjalanan mereka sembari berupaya untuk meneruskan percakapan yang terputus dua dekade lalu. Membawa dua momen percakapan intim, melewati tahun-tahun tanpa jawaban dan penuh rahasia. Manis dan getir, senyum dan helaan napas disambut kredit yang bergulung di akhir.

Seluruh film dari program “Taiwan Documentary” akan diputar tanggal 6 Desember 2018 pukul 14.00 WIB di Societet Militair TBY, kecuali Goodnight & Goodbye yang akan diputar 7 Desember 2018 jam 18.30 WIB di IFI-LIP Yogyakarta. Agenda lengkap FFD 2018 bisa diperiksa di jadwal.