Pembantaian Bucha oleh aparat Rusia yang muncul pada Februari 2022 hingga penarikan tentara Putin dan pembebasan masyarakat di pinggiran kota Kyiv diberlakukan sejak Maret di tahun yang sama. Kejadian ini menyisakan puing-puing pemukiman, menjeda rutinitas, serta melahap jarak hingga nyawa orang-orang terdekat. Selama 3 tahun setelah pembebasan wilayah Bucha dari cengkraman okupasi Rusia, sutradara Mila Teshaieva dan Marcus Lenz mengumpulkan kepingan cerita yang tersisa dari para penyintas perang dengan endapan emosi dan pergumulan yang mereka pikul setelah apa yang terjadi di wilayah suburban perbatasan Ukraina.
Shards of Light (2025) merupakan antologi yang mengumpulkan fragmen kisah pinggiran kota Kyiv: Bucha, Irpin, dan Hostomel, yang lepas dari kekangan okupasi aparat Rusia. Rentetan cerita ini mempertemukan figur dan kelompok masyarakat untuk menunjukkan resiliensi masyarakat perbatasan Bucha dalam menghadapi kesehariannya di masa perang dengan spektrumnya masing-masing. Terdapat gelombang ketabahan berbalut harapan yang nampaknya naif nan stoik dari siswa-siswa pertengahan yang diajak menerjemahkan luka-luka dan kekerasan dalam tarian juga teater dalam merespon perang. Namun, mereka juga berhadapan dengan realitas bahwa kewaspadaan terhadap ranjau, misil, dan puing-puing hulu ledak membatasi gerak bebas mereka dalam menikmati masa muda mereka.

Kita juga berkenalan dengan Olga beserta suaminya sebagai pensiunan yang berusaha menjaga lingkungan dan kerabat di apartemennya setelah kerusakan tempat tinggal mereka. Namun, balasan yang didapat adalah tuduhan pengkhianatan terhadap negara dengan dasar bahwa Olga melakukan “negosiasi” dengan tentara Rusia. Taras yang hidup sendirian di Ukraina menjadi sukarelawan untuk membantu mencatat korban peperangan dan membantu proyek relokasi sipil menjadikan dirinya jauh dengan istri dan putrinya yang bernaung dalam asilum bantuan dari Prancis. Pasangan baru Maxim dan Ana, terpisah dalam jenjang waktu yang tidak pasti dengan kekhawatiran dan kecemasan berturut-turut hanya untuk melihat Maxim memucat setelah melihat sesama kerabat seangkatannya lenyap dalam perang. Perasaan frustrasi dan geram terhadap aparat-aparat pembunuh dan ruwetnya lapisan sistem hukum dalam memetakan kasus pembunuhan di zona perang dan pembantaian yang ironisnya lebih mengekang korban sipil dibanding kombatan perang juga menambah lapisan beban resiliensi dari para penyintas dan mereka yang berusaha merestorasi hak-hak korban sipil.

Salah satu momen terkuat dalam film ini, di dalam ruangan kelas, dengan rasa bersyukur dan keinginan kuat, guru kelas Olenka–salah satu yang menjadi sorotan dalam mewakili semangat anak muda di Bucha–mengharapkan agar segalanya dapat berjalan seperti sediakala dan menyampaikan kebahagiaannya dengan penuh haru melihat masih banyak anak-anak di sekolah yang masih bersekolah walaupun rumah-rumah mereka hancur, gelombang masyarakat pergi, dan petinggi politik berpaling. Masyarakat Bucha menjalani 3 tahun terpahit dalam masa hidup mereka dengan segala ketidakpastian dan gejala kekerasan. Namun, melalui tangkapan momen yang diabadikan oleh sutradara Teshaieva dan Lenz, kita dapat melihat kekuatan para penyintas tetap berusaha bertahan dan memberikan kehidupannya untuk memperoleh keadilan bagi kerabat yang pergi. (Gantar Sinaga) (Ed. Vanis)
Detail Film
Shards of Light (Уламки Світла, Splitter aus Licht)
Mila Teshaieva, Marcus Lenz | 92 min | 2025 | Denmark, Jerman, Ukraina
Berkompetisi dalam program Kompetisi Panjang Internasional
Festival Film Dokumenter 2025



