L’Ombra di Rasputin (2022): Konservasi Ekologi dari Sudut Pandang Nonmanusia

— Ulasan Film
FFD 2023

Manusia selalu memiliki keinginan untuk menguasai, tak mau rugi, dan menjadi tuan atas alam di sekitarnya. Konservasi ekologi barangkali menjadi upaya manusia menjaga lingkungannya. Namun, apakah benar konservasi tersebut merupakan upaya tulus untuk merawat alam, atau justru sekadar menjaga alam agar terus bisa direproduksi, dipanen, dan dieksploitasi?

Di sebuah meja bedah nampak seekor babi hutan bernama Rasputin sedang dioperasi setelah mendapat serangan dari Serigala. Mengerumuninya, seorang dokter, perawat, dan pemburu sedang berbincang mengenai Rasputin. Ada beberapa visi konservasi berbeda yang diperbincangkan dalam ruangan tersebut. Misi penyelamatan satwa liar yang hidup berdampingan dengan manusia menjadi urgensi demi kelangsungan ekologi. Namun, melonjaknya angka populasi satwa liar, khususnya babi hutan, membuat mereka menjadi hama bagi manusia.

L’Ombra di Rasputin (Pietro Francesco Pingitore, 2022) berusaha membuka mata kita mengenai fakta ekologis melalui Rasputin. Rasputin diambil paksa dari induknya sejak ia kecil dan dianggap terlalu buas untuk hidup bersama manusia. Namun begitu, ia tak bisa lagi hidup di alam liar karena telah terbiasa hidup bersama manusia. Ia telah gegar budaya dengan habitat aslinya.

Alam seolah-olah hanya menjadi objek dalam infrastruktur ekologi buatan manusia. Lahan luas yang sebelumnya menjadi habitat satwa liar perlahan dibuka sebagai lahan pertanian industri. Maka dari itu, satwa liar yang memiliki populasi terlalu banyak dan mengganggu petak-petak lahan pertanian dianggap hama dan bebas untuk dibunuh. Hal ini berkebalikan dengan visi untuk senantiasa menjaga ekosistem dan konservasi ekologi. Penyelamatan satwa liar yang terkena serangan hewan buas maupun tertabrak kendaraan manusia, bersandingan dengan pemburu satwa liar di lahan pertanian. Semuanya bersanding secara anomali dalam infrastruktur ekologi ciptaan manusia sendiri.

Dalam L’Ombra di Rasputin (2022), manusia menjadi subjek yang penuh anomali. Keinginan hidup bersama alam merupakan angan-angan bias di tengah deru berbagai kepentingan. Mereka bisa mengontrol ekologi sesuai keinginannya hingga membuat seolah-olah konservasi merupakan alat untuk mengontrol kepentingan manusia sendiri. Manusia bahkan menjadikan satwa sebagai objek untuk melatih rasa di alam liar.

Simak bayang-bayang Rasputin dan pembicaraan tentangnya lewat dokumenter L’Ombra di Rasputin (2022)! Film ini ditayangkan dalam program Perspektif Festival Film Dokumenter 2023. (Ahmad Radhitya Alam) (Vanis)

 

Detail Film
L’Ombra di Rasputin
Pietro Francesco Pingitore | 27 Min | 2022 | Italia | Warna | 17+

Jadwal Tayang
12.05 | Gedung ex Bioskop Permata | 17.00 WIB
12.08 | Bioskop Sonobudoyo | 13.00 WIB