Umumnya, banyak orang akan mengasosiasikan roti sebagai makanan yang membosankan. Namun, hal tersebut tak sejalan dengan penggambaran An Ode to a Time I Loved Bread (Neema Ngelime, 2023) yang, secara kontras, mempresentasikan dirinya dengan kreatif dan memukau. Disajikan dengan gaya stop-motion, Ngelime mencoba merenungkan dan berdamai dengan masa lalunya. Terutama, dengan kenangan menyakitkan dari masa sulitnya bersekolah di sekolah asrama peninggalan kolonial.
Kisah Ngelime dipaparkan menggunakan kolase dan potongan gambar dari majalah yang juga merupakan caranya berkendara ke trauma masa kecilnya. Warna yang kaya menjadi sesuatu yang tentu saja menarik mata dan ekspresif. Di samping kontras kisah pilu dan warna yang menghipnotis, Ngelime menyuguhkan ironi dengan penggambaran roti yang hambar. Roti menjadi simbol atas masa berbeda dari tiga bagian cerita dokumenter ini. Bagian pertama mengajak kita memasuki dunia cerah penuh warna yang merepresentasikan masa Ngelime sebelum ia berangkat ke asrama.
Sejalan Ngelime menceritakan kisahnya tentang sekolah tersebut, tema dan warna kolase berubah menjadi lebih gelap dengan sepercik warna yang datang dari potongan gambar. Transisi ini menjadi pijakan Ngelime yang secara efektif mengekspresikan kengerian pengalamannya pada masa tersebut. Roti yang awalnya melambangkan kenyamanan rumah yang ia dambakan berubah menjadi makanan pelarian yang lebih enak dibanding bubur parafin yang harus ia makan di asrama.
Seiring berjalannya waktu, sesuatu seremeh-temeh roti dapat menjadi simbol kehilangan masa muda dan kegembiraan. Terlepas dari masa-masa traumatis yang dialaminya, penonton diajak memasuki kembali dunia penuh warna nan cerah pada bagian ketiga. Sebuah kemenangan kecil dari tragedi gelap yang buruk. Pada bagian penutup, Ngelime mengeksplorasi usahanya untuk menghidupkan apa yang telah mati dalam dirinya akibat sekolah tersebut. Tak mudah, ia mencoba menghadapi dampak neraka kecil tersebut hingga saat ini. Mungkin, kita pun begitu, tak henti mencoba memerangi setan masa lalu dengan nafsu makan yang tak pernah berhenti.
Film ini ditayangkan dalam program Docs Docs: Short! Festival Film Dokumenter 2023. (Aradi Ghalizha) (Vanis)
Detail Film
An Ode to a Time I Loved Bread
Neema Ngelime | 11 Min | 2021 | Belgia, Hungaria, Portugal, Tanzania | Warna | 17+
Jadwal Tayang
12.05 | Auditorium IFI-LIP | 14.30 WIB
12.08 | Gedung ex Bioskop Permata | 15.30 WIB