A Tale of The Crocodile’s Twin (2022): Mendengar Dongeng dan Kesaksian Berbagi Ruang Hidup

— Ulasan Film
FFD 2022

Pernahkah kita menyadari bahwa yang berhak atas ruang hidup tidak hanya manusia? Refleksi inilah yang menjadi pemantik narasi yang dibawa dalam film A Tale of The Crocodile’s Twin (2022) sutradara Taufiqurrahman Kifu. Ketika setiap tahun manusia semakin tumpah ruah, kita diharuskan tetap berbagi napas di ruang hidup yang kian sesak. Sepanjang film, kita diajak menaiki kapal kecil dari daerah satu ke daerah lain di Sulawesi Tengah. Benar, ruang hidup yang difokuskan oleh lensa kamera ialah perairan dan sungai-sungai di sekitar, dan dokumenter ini menunjukkan bahwa masyarakat Kaili harus hidup berbagi ruang dan berdampingan dengan buaya.

Masyarakat Kaili memegang tiga prinsip hidup agar ikatan keharmonisan tetap terjaga. Pertama, hubungan antara manusia dengan Tuhan. Kedua, hubungan antara manusia dengan manusia. Terakhir, hubungan antara manusia dengan alam. Filmmaker tidak hanya merekam kesaksian-kesaksian dan cerita dari para warga lokal tentang keseharian mereka hidup berdampingan dengan binatang ganas tersebut. Melainkan juga menghidupkan narasi dongeng antara Lasa Kumbili, seorang bangsawan yang diceritakan memiliki kembaran Yale Bonto, sosok buaya. Bahkan,beberapa masyarakat percaya bahwa orang-orang yang mereka kenal juga memiliki kembaran buaya.

“Saya punya teman sekolah di Makassar itu kembaran buaya juga. Dulu kalau SD itu ‘kan, kalau olahraga, buka baju ‘kan, tinggal celana saja kita pakai. Kalau dia buka baju itu, ada sisiknya buaya itu di belakangnya.”

Selain dongeng Lasa Kumbili dan Yale Bonto, filmmaker juga menyebutkan La Goroba, seekor buaya yang menelan seorang penambang pasir sekaligus gerobaknya tahun 1935. Dalam cerita nahas ini, kita turut diajak mengenal John Fischer dan keturunannya yang dikatakan tidak boleh bermain di sungai selepas menembak La Goroba dengan peluru emas, karena La Goroba diyakini akan membalaskan dendam.

Rawan, menjadi kata yang tepat. Mungkin memang ada yang pernah celaka diterkam buaya, tetapi dalam dokumenter ini, kita diajak mendengar kesaksian bahwa ada mereka yang pernah diselamatkan pula. Dokumenter berdurasi 18 menit ini bisa menjadi pilihan untuk kamu tonton di Festival Film Dokumenter tahun ini.

Ditulis oleh Cindy Gunawan
Disunting oleh Vanis

 

Detil Film:

A Tale of The Crocodile’s Twin (Saya di Sini, Kau di Sana)

Taufiqurrahman Kifu | 18 min | Indonesia | Color | 2022 | PG

Kompetisi Dokumenter Pendek 

 

Jadwal Tayang:

15 November 2022 | Auditorium IFI-LIP | 15.00

16 November 2022 | Bioskop Sonobudoyo | 19.00