Menelisik Perspektif Baru: Kompetisi Pelajar FFD 2024 Hadirkan Keberanian dan Kejujuran di Layar

— Berita, Interview
FFD 2024

Festival Film Dokumenter 2024 mempersembahkan program Kompetisi Pelajar dengan 5 film pilihan hasil seleksi. Kompetisi Pelajar tahun ini menunjukkan upaya generasi muda dalam mengeksplorasi masalah-masalah di sekitar mereka melalui film dokumenter. Mereka beraksi seperti “detektif” untuk mengungkap isu-isu sosial, relasi antargenerasi, dan tantangan globalisasi. Meski tema tradisi masih dominan, film-film ini juga mencerminkan keinginan para pembuatnya untuk memahami dunia secara lebih kritis. Para pelajar menampilkan cara bertutur yang segar dan perspektif unik, memperlihatkan kejujuran dan otentisitas dalam refleksi mereka terhadap isu-isu yang diangkat. Dengan demikian, film pelajar tidak hanya menjadi dokumentasi, tetapi juga sarana untuk melatih sensitivitas, mengasah keingintahuan, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Kelima film tersebut adalah Henge’dho (Sesilia Y. Y. Klaran, 2023), Mentari Sang Penakluk Gelombang (Ahmad Wildan Pattilouw, 2023), Roleplay (Daffa Aqilla Hanif, 2024), Tahapun (Marsheila Cantika Mataratu, 2023), dan Ua Tuak & Nalle Tasik (Marissa D.C.L. Tilman, 2023).

Menghadirkan tiga juri dengan latar belakang yang beragam diharapkan mampu memperkuat cara apresiasi terhadap film-film dalam kategori ini. Ketiga juri dalam program Kompetisi Pelajar FFD 2024 adalah Dyah Kusumaningrum, seorang pengajar di Universitas Gadjah Mada, yang memfokuskan diri pada studi perdamaian, gender, dan politik, serta perlawanan tanpa kekerasan. Permata Adinda, seorang jurnalis yang bekerja di Project Multatuli, telah menerima penghargaan dari SOPA 2024 Awards atas tulisannya mengenai stigma aborsi di Indonesia. Sebagai kritikus film, ia juga memenangkan penghargaan Tanete Pong Masak di Festival Film Indonesia 2023. Melengkapi jajaran juri, Valencia Winata adalah peneliti film yang aktif di ARKIPEL dan Forum Film Dokumenter, Yogyakarta. Saat ini, ia mendalami Kajian Budaya dengan penelitian yang berfokus pada sejarah, estetika, dan budaya film.

Ketiga juri melihat keunikan tersendiri dari kelima film yang mereka tonton, terutama karena empat di antaranya berasal dari wilayah timur yang selama ini seringkali termarjinalkan. Menurut para juri, ini menjadi tanda adanya perubahan dalam cara para pembuat film pelajar mengangkat isu. Juri juga menyatakan harapannya terhadap film-film yang “nakal,” dalam arti berani menantang status quo, eksploratif, serta dinamis dalam narasi—membahas pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul di tengah masyarakat. Selain itu, mereka mengapresiasi meningkatnya partisipasi sutradara perempuan. Meskipun beberapa film masih memiliki ruang untuk pendalaman dalam mengomentari dan mengartikulasikan tema kritis, para juri tetap memberikan apresiasi atas keberanian para pelajar dalam menggunakan metode yang variatif.

Diskusi penentuan pemenang dimulai dengan mengulas setiap film secara umum, kemudian mengkaji kelebihan dan kekurangan setiap film. Setiap juri membawa perspektif yang berbeda, tetapi tetap menghargai pandangan satu sama lain, dengan harapan agar penonton dan pembuat film bisa mempercayai keputusan mereka. Meski berasal dari latar belakang yang beragam, para juri berhasil mencapai satu suara yang solid dalam memilih film terbaik, menunjukkan bahwa perbedaan perspektif justru memperkaya penilaian mereka dan menghasilkan keputusan yang dipertimbangkan dengan matang.

Dewan juri memutuskan untuk tidak memilih anugerah Film Terbaik kategori Pelajar kali ini, karena menurut mereka belum ada film yang sepenuhnya mampu menggali daya kritis secara mendalam. Namun, para juri memberikan penghargaan Jury’s Special Mention kepada film Henge’dho (Sesilia Y. Y. Klaran, 2023) atas usahanya yang kreatif dalam mengangkat topik budaya dengan pendekatan yang unik. Keputusan untuk tidak memilih Film Terbaik bukan berarti kurangnya apresiasi, melainkan sebagai harapan bagi para pembuat film pelajar agar dapat mengemas karya mereka dengan lebih matang, baik dari sisi pernyataan, narasi, maupun aspek audiovisual.

Festival Film Dokumenter 2024 dengan bangga dan berbahagia mempersembahkan Henge’dho (2023) sutradara Sesilia Y. Y. Klaran sebagai penerima anugerah Jury’s Special Mention kategori Kompetisi Pelajar. Kami berterima kasih kepada seluruh komite seleksi dan juri yang telah terlibat dalam proses Festival Film Dokumenter 2024.

 

Diliput oleh FadliAwan pada 3 November 2024. (Ed. Vanis)