Kompetisi Panjang Internasional Festival Film Dokumenter tahun 2024 ini tidak hanya menghadirkan karya-karya baru dari para pembuat film dokumenter yang berbeda, tetapi juga memberikan pembacaan baru terhadap pemahaman film dokumenter yang terus berkembang. Sepuluh film telah dipilih dan diputar sebagai bagian dari program Festival Film Dokumenter 2024, termasuk KIX (Dávid Mikulán, Balint Révész; 2024), XiXi (Fan Wu, 2024), dan After the Snowmelt (Yi-Shan Lo, 2024).
Film-film dokumenter tersebut mencerminkan kompleksitas dan relevansi produksi film dokumenter dalam masyarakat saat ini. Tidak hanya menawarkan penyusunan ulang dari apa yang “terlihat” dan “tak terlihat”, tetapi juga mencoba untuk memulai dialog dan mempertahankan ketegangan di antaranya. Film-film ini tidak lagi hanya berkisar pada berita dan fakta, tetapi juga merupakan eksplorasi terhadap ingatan, realitas, dan pertempuran yang terjadi untuk mereproduksi hal tersebut.
Pada hari Rabu, 6 November, tiga anggota juri dari berbagai latar belakang duduk bersama untuk memilih satu film pemenang. Ketiga anggota juri tersebut adalah seniman dan kurator seni asal Indonesia, Ade Darmawan; sineas dan akademisi kelahiran Prancis yang berbasis di Vietnam, Swann Dubus; serta Thong Kay Wee, seorang pengelola program dan kurator festival film asal Singapura. Setelah berunding, para juri melakukan wawancara dengan tim editorial FFD.
Berikut adalah rangkuman hasil wawancara kami bersama para juri.
Bagaimana kesepuluh film terpilih dalam Kompetisi Film Panjang Internasional? Apa yang menyatukan mereka semua dan apa yang membedakan beberapa di antaranya?
Thong Kay Wee (TKW) Kami sepakat akan keragamannya. Kami menghargai gaya dan jenis ekspresi yang berbeda. Ada yang lebih klasik, ada juga yang mencoba bentuk-bentuk dokumenter yang baru. Ada beberapa film yang banyak berurusan dengan materi arsip, jadi itu juga merupakan tren yang kami lihat. Namun, secara keseluruhan kami juga menghargai beragam isu yang dihadirkan, dan tentu saja semua topik yang dibahas berkaitan dengan dunia sekarang.
Swann Dubus (SD) Ya, saya pikir beberapa film membahas arsip dengan sudut pandang sejarah, tapi ada juga beberapa film yang membahas arsip pribadi pada tingkat yang sangat intim dan personal. Namun, semua film ini saling berkaitan. Baik yang sangat personal maupun yang memiliki sudut pandang historis yang sangat luas selalu merupakan cerminan dari seseorang yang mencoba mempertanyakan dirinya sendiri, keluarganya, dunia, sejarah… di semua film ini ada dimensi intim meskipun berhubungan dengan topik-topik yang besar.
Ade Darmawan (AD) Seperti yang sudah dikatakan, ada banyak film dokumenter yang sangat personal dan intim, tapi ada juga film dokumenter yang mencoba untuk memiliki keberpihakan pada sejarah, membawa sesuatu yang mungkin tidak diketahui oleh publik.
Apa saja refleksi Anda dari proses musyawarah tersebut?
(SD) Saya senang mendengar pandangan yang berbeda tentang film. Diskusi yang Anda lakukan tentang sebuah film dapat mengubah perspektif Anda, dan diskusi yang kami lakukan pagi ini sangat menarik. Saya hanya bisa melihat film dari sudut pandang saya sebagai pembuat film dan produser. Jadi, memahami sudut pandang lain sangatlah berharga.
(AD) Saya rasa diskusi yang dilakukan sangat kaya, memperkaya pandangan saya dalam melihat semua film yang dipilih. Saya rasa, saya juga belajar banyak dari sudut pandang yang berbeda dari para juri. Ada keragaman dalam diskusi.
(TKW) Saya pikir, di atas kertas, titik awal kami cukup berbeda: Swann sebagai produser dan pembuat film, saya sebagai programmer festival, dan Ade sebagai seniman dan kurator. Jadi, saya pikir yang paling penting adalah saya merasa bahwa kami saling menghargai komentar satu sama lain. Diskusi yang terjadi sangat generatif, sehingga kami bisa saling mengetahui perspektif masing-masing dan melihat poin masing-masing. HIngga akhirnya, kami sampai pada keputusan bersama.
Bagaimana Anda menilai sepuluh film yang terpilih dan apa pertimbangan Anda ketika memilih film peraih penghargaan?
(AD) Saya pikir, ini adalah tentang hidup di masa sekarang. Apa yang relevan untuk hari ini, atau sesuatu yang dapat diatasi, dapat menarik minat dan kemudian berkembang di masa depan. Tentu saja ada banyak isu yang sangat kaya di sekitar. Namun bagi saya, saya benar-benar berpikir tentang apa yang bisa bermakna bagi publik, isu yang paling relevan dan sedang terjadi. Dan itu tidak harus selalu politik, bisa juga upaya keintiman pribadi yang bermakna yang sangat penting untuk dibagikan sekarang. Pada akhirnya, ini adalah tentang memikirkan apa yang bisa bermakna bagi penonton.
(TKW) Saya selalu kembali ke bahasa sinematik; Apa maksud dari pembuat film dan efek apa yang ingin mereka ciptakan. Jika mereka berhasil mencapai tingkat kualitas yang tinggi, maka itu adalah sesuatu yang akan menarik bagi saya dan itulah yang kami cari. Hal lain yang selalu saya cari adalah penerjemahan. Mereka menayangkan film kompetisi internasional ini di Indonesia untuk juri yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda pula… Seberapa efektifkah komunikasi dan penerjemahan yang mereka lakukan kepada kami? Apakah itu informasi atau maksud artistik, ini adalah hal-hal yang juga kami perhatikan untuk membuat keputusan.
(SD) Saya pikir apa yang paling sering kami diskusikan dan membuat kami tergerak adalah mengambil risiko dalam representasi; tidak terlalu dipoles, tidak mengambil rute naratif yang sangat klasik. Film-film yang paling kami sukai adalah film yang sedikit rumit dan tulus, meskipun terkadang penerimaan penonton mungkin lebih sulit karena mereka tidak terbiasa dengan hal itu. Saya rasa film-film seperti itulah yang ingin kami lihat di festival.
Jadi, film mana yang terpilih sebagai pemenang, dan apa alasan Anda memilih film ini?
(TKW) Menurut saya, After The Snowmelt adalah sebuah film yang berani dan murah hati dalam memproses kehilangan orang yang dicintai. Saya menghargai cara pembuat film dalam menggunakan sinema dan materi yang berbeda untuk menyatukan potret kesedihan ini. Saya pikir, untuk dapat melakukan proses terapi bersama dirinya sendiri, yang kemudian dibagikan kepada penonton dengan penggambaran emosional, itu menunjukkan film yang sangat tulus dan kuat.
(AD) Secara pribadi bagi saya, After the Snowmelt sangat kuat karena film ini membuat saya merenungkan tidak hanya saat-saat kesedihan dan kehilangan, tetapi juga saat-saat yang terasa sulit atau berat. Pada saat yang sama, film ini bicara tentang kenangan; tentang bagaimana kadang-kadang Anda merasa terjebak di dalamnya, Anda tidak tahu bagaimana cara menghadapinya dan betapa penting untuk memprosesnya. Saya tidak hanya belajar banyak dari apa yang ada di dalam film, ini adalah film yang membuat saya ingin belajar lebih banyak, menyelidiki lebih banyak lagi di luar film; bukan dalam arti pengetahuan, tetapi dalam arti emosi dan kepekaan kita.
(SD) After the Snowmelt adalah representasi yang sangat bagus dan sangat jujur tentang apa itu kesedihan ketika Anda mengalami kehilangan yang tiba-tiba dan tragis pada usia yang sangat muda. Film ini menggunakan gambar dan suara untuk merepresentasikan dengan sinema pengalaman yang sulit ini, tentang keadaan pikiran yang tidak mungkin diungkapkan dengan kata-kata, tentang memahami diri sendiri dan mencoba mengatasinya. Ini adalah tentang kerapuhan. Cukup berani untuk membawanya ke layar dan membagikannya sebagai tindakan komunikasi yang disampaikan kepada penonton—berbagi pengalaman tragis ini sehingga dapat membantu penonton.
Festival Film Dokumenter 2024 dengan bangga dan terhormat mempersembahkan After the Snowmelt (2024), film dokumenter debut sineas dan penulis Taiwan Yi-Shan Lo, sebagai penerima anugerah dalam kategori Kompetisi Panjang Internasional FFD 2024. Kami ingin mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada komite seleksi dan anggota dewan juri yang telah terlibat dalam festival tahun ini.
Ditulis oleh Aradi Ghalizha pada 6 November 2024. (Ed. Vanis/Trans. Naufal Shabri)