“Tujuan dari DOC Interactive adalah untuk mempertemukan dokumenter dengan ruang-ruang yang sering disebut ‘yang lain’,” Terang Kurnia Yudha, Direktur Festival Film Dokumenter (FFD) 2023, membuka rangkaian pra-acara di Cemeti-Institut untuk Seni dan Masyarakat pada 3 Desember 2023, pukul 13.30 WIB, di Cemeti-Institut untuk Seni dan Masyarakat. Penyelenggaraan DOC Interactive, menurutnya, adalah salah satu upaya penyajian dokumenter secara kreatif melalui inovasi-inovasi eksperimental. Terdapat empat karya interaktif yang dipamerkan dalam DOC Interactive selama berlangsungnya FFD 2023. Karya-karya tersebut membicarakan perihal yang beragam mulai dari penelusuran sejarah hingga memori personal yang intim. Keempatnya disuguhkan dengan cara berbeda yang juga menawarkan pengalaman yang berbeda pula.
Ketiga karya Interactive Virtual Reality yang dipamerkan merupakan kolaborasi bersama IFI Indonesia. Sedangkan, satu karya Web Interactive inisiasi Rangga Purbaya dan Sirin Farid Stevy dipersembahkan dalam tajuk Faith in Speculations. Faith in Speculations (Rangga Purbaya dan Sirin Farid Stevy, 2021) secara interaktif membawa kisah mengenai bisik-bisik yang tenggelam dalam berita arus utama mengenai pembantaian komunis pada 1965 di Indonesia dalam bentuk peta dan video. Goliath: Playing with Reality (Barry Gene Murphy dan May Abdalla, 2022) adalah karya melalui realitas virtual yang mengangkat kisah berkenaan dengan kerumitan kehidupan sosial seorang pria yang terisolasi dalam institusi kesehatan mental. The Hangman at Home (Michelle dan Uri Kranot, 2021) berbicara tentang penerimaan dan partisipasi dalam momen-momen vital hidup manusia. Notes on Blindness (Arnaud Colinart, Amaury La Burthe, Peter Middleton, dan James Spinney, 2018) adalah kisah yang tertuang dalam realitas virtual mengenai teolog yang berangsur buta dan akhirnya buta total. Ia memutuskan untuk merekam hidupnya yang drastis berganti dalam kaset audio.
Selain program DOC Interactive, pameran di Cemeti-Institut untuk Seni dan Masyarakat juga memamerkan enam teks esai dan tiga dari tujuh video esai yang bekerja sama dengan Asian Film Archive (AFA) Singapore di bawah naungan program Monographs. Karya-karya yang ada membicarakan tentang eksplorasi tensi antara bentuk dan ketiadaan bentuk serta suara dan kesunyian melalui medium film yang tidak terbatas pada cara presentasinya.
Tiga video esai program Monographs yang dilayarkan di Cemeti-Institut adalah Apat (Nazira Karimi, 2023), mmm (Chiemi Shimada, 2023), dan Swimming, Dancing (Ian Wang, 2023). Mulai dari Apat, kisah berjalan mengenai tilikan kisah pascakolonial di Kazakhstan dengan arsip keluarga Karimi; mmm berupa kompilasi video awan dari sinema Jepang sejak tahun 1920-an hingga kini; hingga Swimming, Dancing yang serupa kajian atas representasi Sungai Yangtze dalam berbagai intensi dan bentuk bagi masyarakatnya. Enam teks esai oleh Udita Bhargava, Łukasz Mańkowski, Ryan Lim, Wiwat Lertwiwatwongsa, Sun Park, dan Luca E Lum, bicara mengenai realitas yang berbeda di lanskap Asia–mulai dari kisah meditasi pada kawasan dingin di Himalaya, esai mengenai apa yang realitas dan apa yang mimpi, hingga ekofiksi yang penuh spekulasi.
DOC Interactive dan Monographs, keduanya berfokus pada kepengalamanan individu dan kelompok sebagai manusia dan hal-hal yang mengorbitnya. Mulai dari realitas seorang filsuf yang berangsur buta yang dituangkan dalam realitas virtual, hingga pencarian kakek kandung yang ‘hilang’ pada masa yang lalu: kedua program ini menawarkan kisah manusia yang dijajakan dalam bentuk yang beragam. Hingga 8 Desember 2023, karya-karya yang dipamerkan di Cemeti-Institut untuk Seni dan Masyarakat dibuka dan dapat diakses secara umum serta tanpa biaya.
Diliput oleh Tuffahati Athallah pada 3 Desember 2023.