Heejung Oh, produser asal Korea Selatan dan pendiri Seesaw Pictures, hadir di tengah-tengah peserta IDOCLAB tahap kedua untuk menjadi mentor dan memberikan materi mengenai cara mengomunikasikan inti film secara efektif. Forum kelas ini diselenggarakan pada Selasa, 5 Desember 2023 di Hotel Gaia Cosmo, Yogyakarta. Pada kesempatan ini, Heejung memusatkan pembahasan pada penulisan proposal proyek film dokumenter. Ia mengawali sesinya dengan pertanyaan pemantik seperti yang disebutkan di atas.
Heejung meminta para peserta menyampaikan kesulitan yang dialami selama menulis proposal. Beberapa tanggapan bermunculan, mulai dari kesulitan dalam menuangkan ide cerita, lupa dengan apa yang hendak ditulis karena tertimpa oleh banyak agenda lain, hingga kurangnya pengetahuan mengenai cara menyusun proposal yang baik dan benar. Menanggapi penyakit “lupa” yang memang sering dan lumrah dialami oleh siapa saja, Heejung membagikan tips kepada para peserta untuk segera menuliskan segala ide yang bermunculan dalam kepala ke atas kertas. Tuliskan kata-kata kuncinya saja karena, “Keyword help us to connecting the dots.”
Berikutnya, Heejung menayangkan daftar pertanyaan yang harus dipikirkan oleh para peserta beserta tim proyek filmnya. Terdapat 6 poin pertanyaan. What is the essence of the project? What is the main goal of the project? Who is the target audience? How can I capture and convey that? What is your priority? How can you reach them?
Heejung memberikan contoh jawaban dari pertanyaan, apa tujuan utama dari proyek yang digarap? Bisa jadi, karena pembuat film ingin masyarakat di daerahnya menonton film tersebut. Bisa juga karena pembuat film ingin dipandang sebagai seseorang yang artistik. Bisa jadi juga karena pembuat film ingin membawa karyanya ke festival. Untuk menjawab pertanyaan ketiga, siapa target audiensnya, Heejung mewanti-wanti peserta untuk membuat film yang mampu menyuarakan kebutuhan target audiens. Target audiens tidak semata-mata tentang klasifikasi tertentu soal tipe-tipe orang yang diharapkan menonton filmnya. Misalnya, perempuan usia paruh baya yang bekerja di bla-bla-bla. Lebih dari itu, Heejung mengungkapkan, pembuat film sebaiknya membayangkan target audiens sebagai satu individu yang spesifik.
Menciptakan audiens khayalan di dalam pikiran pembuat film adalah tips dari Heejung. Dengan begitu, pembuat film dapat merumuskan cerita yang sangat personal. Cerita yang mampu menyentuh dasar permukaan emosi audiens secara unik sekaligus universal.
Selain itu, ada berbagai visi artistik yang menurut Heejung harus dipikirkan dan dipersiapkan dengan matang oleh pembuat film dalam proses penggarapan proyek mereka. Hal-hal itu adalah subjek, perspektif, kru, anggaran dana, waktu rencana produksi yang solid, target audiens dan distribusi, teaser atau trailer yang membekas di hati penonton, dan rekan kerja yang yang cocok dengan visi proyek yang sedang digarap.
Selanjutnya, Heejung menyasar pada logline proposal proyek film. Logline adalah santapan wajib para decision maker sebelum menonton trailer. Dengan begitu, logline harus catchy atau menarik perhatian. Heejung menuturkan, logline cukup terdiri atas dua hal saja, yakni karakter dan plot. Tidak perlu ada kata-kata yang cantik dan megah, cukup ceritakan secara singkat dan tegas bagaimana karakter dan cerita dalam film. Beri tahu juga siapa nama karakternya. Beranjak dari logline, Heejung mulai membahas sinopsis. Sinopsis perlu memuat setidak-tidaknya: struktur cerita, karakter dan tema, serta ending yang akan ditampilkan. Selain itu, tentunya pembuat film harus mampu menonjolkan keunikan dan esensi dalam filmnya. Ini menjadi poin penting yang tak boleh luput.
Selanjutnya, Heejung membahas mengenai pernyataan produser (producer statement). Niat pembuat film terhadap cerita, pemilihan karakter dan tema, serta urgensi cerita adalah pernyataan produser yang harus dipikirkan dengan serius. Begitu pun dengan rencana produksi produser. Alasan ketertarikan pembuatan film, bagaimana film itu akan diposisikan di wilayah industri, nilai dan prinsip yang mendasari pembuatan film, hingga rencana produksi selama beberapa periode waktu ke depan juga perlu dipersiapkan secara matang.
Terakhir, Heejung mengatakan bahwa ada hal-hal yang perlu diingat oleh pembuat film dalam kaitannya dengan penulisan proposal proyek film. Pertama, proposal aplikasi adalah PLAN A (Heejung sengaja menuliskannya dengan huruf kapital). Kedua, panitia seleksi proposal membaca lebih dari 50 proposal masuk. Ketiga, 3 menit pertama dalam pembacaan proposal adalah waktu krusial yang akan menentukan nasib proyek film para aplikan. Keempat, kata Heejung, “Budget speaks more loudly than you think”. Kelima, terakhir, “It’s better show than tell.”
Diliput oleh Hesty N. Tyas pada 5 Desember 2023.