Festival Film Dokumenter 2023 mempersembahkan program Kompetisi Panjang Indonesia dengan empat film pilihan hasil seleksi. Film-film ini dapat berperan sebagai jendela untuk mengintip sebaran produksi dokumenter panjang di Indonesia. Keempatnya mampu menunjukan kedalaman maupun penggambaran kompleks dari cerita yang diangkat. Selain itu, film-film ini mencoba merespons isu dengan konteks lokal yang cukup relevan jika diletakan pada konteks yang lebih luas.
Menghadirkan tiga juri dengan latar belakang yang beragam diharapkan mampu memperkuat cara apresiasi terhadap film-film dalam kategori ini. Ketiga juri dalam program Kompetisi Panjang Indonesia adalah Laura Coppens, Gary Byung-seok Kam, dan Eric Sasono.
Berikut adalah rangkuman sesi wawancara kami bersama para juri.
Bagaimana Anda melihat film-film dalam kategori ini? Apakah ada keunikan dalam setiap film yang membedakannya dengan yang lain?
(Kam) Setelah saya menonton empat film terpilih, saya penasaran dengan film-film pendaftar lainnya. Secara umum, saya menyukainya. Cukup jelas bagi saya separuh dari film tersebut sangat menarik karena mereka menunjukkan ke mana arah film dokumenter Indonesia. Saya sangat menikmatinya.
(Sasono) Saya juga penasaran seperti Gary tentang film yang lain. Saya berharap akan ada lebih banyak lagi film dokumenter Indonesia yang lebih berani dalam hal penceritaan yang menantang dan juga subjeknya, karena menurut saya kedua hal tersebut saling berkaitan.
(Coppens) Saya menikmati menonton semua film. Menurut saya, topik-topiknya cukup menarik, meskipun masih ada penceritaan dokumenter tradisional. Itu bukan hal yang buruk, tapi saya ingin melihat lebih banyak film.
Bagaimana cara Anda melihat dan menilai kekuatan dari film-film terpilih untuk menentukan film pemenang dalam kategori ini?
(Kam) Ini adalah cara kerja bagaimana kita bisa membuat kelemahan kita menjadi kekuatan, jadi, bukan berarti merendahkan film lain, tapi film ini menurut saya sangat menarik. Film ini memiliki banyak nilai penting yang harus dilihat oleh para pembuat film dokumenter. Jadi, kami sebenarnya saling belajar satu sama lain. Ada film yang memiliki lebih banyak ruang untuk mendiskusikan pendekatan lain, bahasa sinematik, dan struktur cerita. Saya hampir tidak memiliki pengetahuan tentang masyarakat dan budaya Indonesia, tapi dengan menonton film-film tersebut saya pikir saya bisa memahaminya dengan lebih baik dan saya melihat banyak kesamaan dengan masyarakat saya sendiri dan saya merasa bahwa … Oh, itu mengingatkan saya betapa kita, sebagai manusia, saling terhubung. Senang melihat hal itu. Bukankah kita tidak membuat film untuk memberikan solusi, ‘kan? Kami senang dapat berbagi pertanyaan-pertanyaan yang muncul setelah film selesai. Jadi, kita tidak akan mudah melupakan apa artinya.
(Sasono) Saya rasa semua film memiliki kekuatannya masing-masing dengan gayanya sendiri. Dalam Murdijati Gardjito, saya sangat menyukai fakta bahwa sang sutradara mencoba untuk menempatkan pengetahuan yang diciptakan oleh perempuan dan saya pikir kita perlu melihat hal tersebut lebih banyak dalam konteks Indonesia dan faktanya secara global di seluruh dunia, perempuan sebagai pencipta pengetahuan tidak terlalu diakui. Mengenai One Big Sumba Family, saya pikir ini adalah pertemuan yang menarik antara seseorang yang membawa kamera ke dunia luar. Dalam A River in the Middle of the Sky, materi yang diproduksi oleh penduduk setempat dan saya menonton beberapa film tentang Toraja dan film ini menurut saya sangat kuat karena mencoba untuk memberikan beberapa pengambilan gambar dari sudut pandang wisata. Dan saya sangat menyukai fakta bahwa mereka menangani masalah ini dengan cara seperti itu, dengan cara yang hampir menyenangkan, meskipun kita tahu bahwa ini jauh lebih rumit dari itu. Sementara untuk The Exiles, saya rasa ini bukanlah topik yang mudah untuk diangkat dan sebagai orang Indonesia, kita tumbuh besar dengan cerita tersebut dan kita sudah mengetahui hal itu dari berbagai sisi. Film ini dimaksudkan untuk membuka dialog dengan semua generasi, dengan orang-orang yang terlibat dalam isu tersebut. Ini bukan film yang hanya untuk mendokumentasikan tapi juga untuk membuat sebuah argumen. Jadi, saya pikir itu penting dan kuat.
(Coppens) Saya telah mengamati pembuatan film Indonesia cukup lama dan sangat menyenangkan bagi saya untuk melihat bahwa ada lebih banyak topik yang dibahas dan orang-orang lebih berani untuk mencoba dan menceritakan sebuah kisah yang tidak berasal dari Jawa, tapi kita lihat seperti Sumba. Orang-orang juga mencoba menceritakan lebih banyak cerita lokal dan juga mencoba membawa pendekatan gaya yang sedikit berbeda dalam pembuatan film lokal, jadi saya sangat menikmati hal ini. Jadi, kami memiliki topik-topik baru dan kami memiliki topik-topik yang terlihat berbeda dari yang pernah kami lihat sebelumnya. Bagi saya, ini benar-benar menunjukkan masa depan yang cerah untuk pembuatan film dokumenter, jadi saya sangat menantikan produksi berikutnya. Indonesia adalah negara yang sangat besar dan sangat beragam, jadi ada begitu banyak cerita di setiap sudut setiap pulau dan saya harap kita akan melihat lebih banyak lagi di masa depan.
Bagaimana proses penjurian berlangsung untuk menentukan film pemenang?
(Kam) Kami sepakat untuk menentukan pemenangnya.
(Sasono) Saya pikir karena semua anggota juri menyukai film, ketika kami harus mengambil keputusan, kami sudah mengetahui sudut pandang satu sama lain. Kami mencoba mencari film yang paling sesuai dengan misi festival, jadi kami akan memberikan platform yang tepat untuk film yang pantas mendapatkannya.
(Coppens) Karena kami hanya memiliki empat film, maka mudah untuk memikirkan film mana yang benar-benar dapat menggunakan penghargaan ini untuk mempromosikannya lebih jauh agar memiliki distribusi yang lebih kuat setelahnya.
Festival Film Dokumenter 2023 dengan bangga dan berbahagia mempersembahkan The Exiles (2022) disutradarai oleh Lola Amaria sebagai penerima anugerah kategori Kompetisi Panjang Indonesia Terbaik. Kami juga berterima kasih kepada seluruh komite seleksi dan juri yang telah terlibat dalam proses Festival Film Dokumenter 2023.