Kakek dari pembuat film Deng Wei, Zuogui, telah buta sejak usia tiga tahun. Ia, menjalani sebagian besar hidupnya sebagai peramal dan membesarkan banyak anak. Mendekati babak akhir hidupnya, Zuogui menjalani kehidupan yang sangat tidak puas terhadap putranya (dan ayah Wei)—Donggu, seorang pengusaha yang bertekad untuk mendapatkan rasa hormat yang tidak diberikan kepadanya sebagai seorang anak. Donggu bekerja sebagai pengembang properti untuk memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya. Namun, ketika kecelakaan di tempat kerja memaksanya mengalami kesulitan keuangan, itu mendorongnya melihat ulang prioritas dan nilai-nilainya—yang mungkin membuat ayah dan anak itu akhirnya membentuk ikatan rasa hormat, bahkan mungkin cinta. Dilatarbelakangi oleh transformasi besar dan perubahan ekonomi dalam masyarakat Tiongkok kontemporer, sinematografi Wei yang tenang menangkap hubungan penuh antara ayah dan kakeknya saat mereka menegosiasikan kebencian masa lalu dan masa depan yang tidak pasti.