The Tone Wheels (2022): Bermusik di Jalanan Ibukota

— Ulasan Film
FFD 2022

Latar dokumenter ini menunjukkan realitas kalau dangdut seringkali dianggap sebagai musik pinggiran. Bernyanyi dengan latar gemerlap lampu gedung pencakar langit Ibukota, kelompok dangdut gerobak Lenteng Agung mengajakmu menyusuri gang-gang kecil dan jalanan macet. Upaya ini adalah demi mencari beberapa lembar uang bermodalkan suara dan alat musik seadanya. Ubay, menjadi tokoh sentral dalam dokumenter The Tone Wheels (Yuda Kurniawan, 2022). Kita diajak melihat kesehariannya menjadi seorang musisi jalanan dangdut dorong bersama dengan Iyus, istri tercintanya sebagai penyumbang suara. Pasangan ini menjajakan dangdut bersama kawan-kawannya, Bewok, Kujeng, dan Bunyamin.

Berganti-ganti personil, tiada kepastian dalam kelompok dangdut dorong Lenteng Agung; yang mereka punya hanyalah kepercayaan bahwa mungkin nanti, dari musik, mereka dapat dikenal publik. Ambisi ini mempertemukan mereka kembali dengan Didiet, salah satu personilnya yang keluar dengan alasan kesehatan puluhan tahun lalu. Nyatanya, pertemuan ini menjadi bensin bagi mimpi mereka. Dari bilik kecil rumah sederhana itu, semuanya dilakukan seadanya: menulis lirik, merekam suara, mixing, hingga melahirkan album musik milik sendiri.

Bagaimana kemudian proses pembuatan album musik tersebut? Apakah kelompok dangdut gerobak Lenteng Agung menjumpai kendala atau malah membawanya menuju bantuan-bantuan tak terduga lainnya? Kamu bisa menyaksikan geliat gerobak dangdut Ubay di film The Tone Wheels yang ditayangkan dalam program Lanskap Festival Film Dokumenter 2022.

Ditulis oleh Cindy Gunawan | Disunting oleh Vanis

Detil Film
The Tone Wheels (Roda-Roda Nada)
Yuda Kurniawan | 98 min | Indonesia | Color | 2022 | 21+
Non-Kompetisi: Lanskap

Jadwal Tayang
15 November 2022 | Bioskop Sonobudoyo | 13.00
18 November 2022 | Gedung ex Bioskop Permata | 13.00