Sailum: Song of the Rustling Leaves (2023): Tenteram dalam Dekapan Pohon Lontar

— Ulasan Film
FFD 2023

Pohon lontar menjadi sarana bagi penduduk Atoin Meto menemukan penghidupan. Pohon lontar yang memberikan kehidupan, pohon lontar juga yang dapat mengambilnya kembali.

Sailum: Song of The Rustling Leaves (Felix K. Nesi, Moses Parlindungan Ompusunggu; 2023) membuka diri sebagai penghormatan terhadap penduduk Atoin Meto di Pulau Timor, Indonesia. Para sutradara menyatakan bahwa dokumenter ini merupakan usaha tulus untuk memperlihatkan bagaimana penduduk Atoin Meto hidup berdampingan dengan alam. Kekuatan Sailum: Song of the Rustling Leaves terletak tak hanya pada keindahan visual yang disuguhkan, tapi juga pada sentuhan kisah personal para sutradaranya. Tuturnya memadukan pasang surut kehidupan sehari-hari penduduk Atoin Meto dengan hubungan sakral yang mereka pegang erat dengan alam dan seisinya, khususnya pohon lontar.

Mayoritas penduduk Atoni Meto menyandarkan nasibnya pada pohon tersebut. Mereka juga terbiasa meneguk “sopi”, minuman yang dihasilkan dari pohon lontar, dalam tradisi budaya dan upacara adat mereka. Oleh karena itu, memanjat pohon tersebut untuk memetik buahnya sudah menjadi rutinitas mereka. Namun, sungguh celaka, di antara mereka ada juga yang jatuh dan gugur di bawah naungan pohon pembawa berkah tersebut. Penduduk Atoin Meto akan selalu percaya bahwa yang gugur di bawah pohon lontar akan selalu membersamai langkah mereka.

Di samping mengungkap gaya hidup agraris penduduknya, Sailum: Song of the Rustling Leaves (2023) juga merupakan sebuah telusur kedalaman devosi keagamaan yang telah mengalir sepanjang zaman. Meskipun mereka menyembah alam dan berdoa kepada nenek moyang, mereka tetap setia dalam beribadah di gereja sesuai dengan praktik keagamaan yang dianut oleh umat Katolik. Penonton diajak untuk tak sekadar menyaksikan kehidupan sehari-hari mereka, melainkan juga merenungkan beragam aspek yang terabaikan di tengah modernitas. Di negara yang semula dikenal karena keberagaman budayanya, Sailum: Song of the Rustling Leaves (2023) menjadi pengingat haru akan pentingnya melestarikan akar yang telah dipupuk subur.

Lagi-lagi, yang membedakan Sailum: Song of the Rustling Leaves adalah kemampuannya membuat penonton merasakan ketulusan dalam penceritaan yang meresap dalam jantung penonton. Tak sekadar informatif, tetapi juga membangkitkan perasaan, memberikan pandangan ke dalam ruang yang berada di persimpangan tradisi, alam, dan spiritualitas.

Sailum: Song of the Rustling Leaves (2023) adalah sebuah perayaan atas alam sekaligus seruan untuk melestarikan tradisi yang terancam oleh arus modernitas. Film ini berkompetisi di kategori Kompetisi Pendek Festival Film Dokumenter 2023. (Tirza Kanya) (Vanis/Adinta)

 

Detail Film
Sailum: Song of the Rustling Leaves
Felix K. Nesi, Moses Parlindungan Ompusunggu | 29 Menit | 2023 | Nusa Tenggara Timur | Warna | 13+

Jadwal Tayang
12.05 | Bioskop Sonobudoyo | 19.00 WIB
12.09 | Auditorium IFI-LIP | 15.00 WIB