A Journey of Island People (2024): Likat Kolonial di Lapis Karang Pulau Panggang

— Ulasan Film
FFD 2024

Apa yang tertangkap mata hari ini dari Pulau Panggang? Gugusan pulau di Kepulauan Seribu itu lamat-lamat semakin padat. Orang-orang dari luar pulau silih berganti masuk dan keluar–untuk berwisata, berniaga, atau menetap di sana. Ruang hidup yang layak pun semakin pepat, memaksa penduduk setempat untuk pandai-pandai bersiasat. Namun, bagi Orang Pulo, kedatangan orang-orang luar pulau bukanlah hal baru. Kolonialisme bukanlah sesuatu yang asing dalam ingatan mereka

Orang Pulo merupakan sebutan untuk penduduk asli Pulau Panggang. Mereka awalnya merupakan nelayan-nelayan dari Banten yang mendiami pulau tersebut, lantas diikuti oleh pelaut lain dari Sulawesi dan Melayu. Mulanya, sebelum abad ke-16 pulau ini hanyalah tempat persinggahan pelaut dan perompak. Baru setelah abad ke-17, Orang Pulo mendiami dan menetap di Pulau Panggang.

Ingatan-ingatan masa lalu terus menggenang di atas karang Pulau Panggang. Memori itu seringkali tak tercatat dalam sejarah Indonesia dan absen dari korpus buku pelajaran. Namun, bagi Orang Pulo, kisah-kisah dari masa lalu melekat di ingatan mereka. A Journey of Island People (Arief Budiman, 2024) merupakan jembatan penghubung memori Orang Pulo yang merentang jauh dalam ingatan.

Kedatangan orang daratan (Batavia) dan luar pulau lainnya ke Pulau Panggang bukanlah hal baru. Mereka silih berganti masuk dan keluar dengan membawa banyak kebaruan dan memberikan tekanan sosial dan budaya kepada Orang Pulo. Mulanya mereka membawa mesin-mesin untuk menangkap ikan, tapi lama-lama menjadikan Pulau Panggang sebagai koloni. Pulau Panggang sempat menjadi benteng pertahanan utama Batavia dari serangan musuh. Orang Pulo menjadi tameng dari serangan liyan, ini pulalah yang membuat mereka memliki watak yang keras dan suara yang lantang. Mereka pun memiliki tokoh penyelamat penjaga Pulau Panggang, Pendekar Darah Putih, yang saat ini makamnya menjadi jujukan peziarah.

Migrasi orang luar pulaulah yang membuat Orang Pulo sedikit tak memperoleh keadilan ekologi lagi. Ruang hidup dan lahan mencari makan kian sempit. Namun, mereka senantiasa bekerja secara kolektif untuk menyiasati kebutuhan satu sama lain. Kedatangan liyan juga membuat jati diri mereka terkikis. Profesi nelayan bukan lagi pilihan untuk generasi baru, mereka lebih memilih migrasi ke daratan untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Hasil laut bukan lagi pangan pokok yang mengisi perut setiap hari, tetapi serbuan makanan instan turut merubah cara hidup Orang Pulo.

Narasi-narasi besar ini diceritakan ulang oleh seorang perempuan yang dianggap mitos di Pulau Panggang. Kisah hidup dan tiadanya telah menjadi sebuah mitos etik yang tak pernah berani dilanggar oleh Orang Pulo. Para orang tua tidak pernah membiarkan anaknya keluar dari Pulau Panggang hingga sepekan setelah pernikahan dilangsungkan. Namun, mitos ini hanyalah lapis terluar dari memori Orang Pulo, sebab tak banyak yang mencari tahu lapis kisah di balik mitos tersebut. Suara perempuan dalam mitos tersebut diisi Deasy Fatmasari yang berperan pula sebagai penulis naskah. Suara yang berat dan seperti berbisik tersebut menciptakan keintiman yang membuat penonton dokumenter ini terhipnotis untuk terlibat langsung dalam kisah yang sedang dirajut. Ragam rekaman dan arsip foto maupun video yang dirangkai oleh Arief Budiman memberikan detail-detail yang saling mengisi dengan narasi yang dibacakan Deasy serta jalinan ilustrasi hitam putih yang digambar oleh Alam Alfa.

Ingatan dan korpus memori Orang Pulo mungkin belum sepenuhnya masuk dalam catatan sejarah Indonesia. Barangkali hanya bibir pulau yang makin terkikis, makam, dan hantu masa lalu yang simpang siur dalam sisa percakapan. Namun, arsip dan fragmen ingatan mereka dapat Anda saksikan dalam dokumenter sepanjang 29 menit ini. (Ahmad Radhitya Alam) (Ed. Vanis)

 

Detail Film
A Journey of Island People (Mendayung di Atas Karang)
Arief Budiman | 29 Min | 2024 | DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Indonesia
Berkompetisi dalam kategori Kompetisi Pendek
Festival Film Dokumenter 2024

Jadwal Tayang
Nov. 3 | 13:00 WIB | IFI-LIP
Nov. 5 | 13:00 WIB | Militaire Societeit, TBY