Di Asia Tenggara, membicarakan secara langsung dan mengkritik pihak berwenang dapat dikenai tuntutan hukum. Untuk mengatasi hal ini, kami belajar untuk berbicara seputar suatu subjek, merujuknya, dan membentuknya, tanpa harus membahasnya secara langsung. Program kami, How to Say Something Without Speaking, (lit. Cara Mengatakan Sesuatu Tanpa Perlu Bicara) menyatukan film-film dari seluruh kawasan yang mengkaji dan mengusulkan beragam metode tentang cara menyuarakan diri dan hak tanpa mengorbankan keselamatan kita.
Dikembangkan sebagai bagian dari lokakarya pemrograman film Teka-teki Sinema yang diselenggarakan oleh FFD awal tahun ini, kami membahas lebih lanjut posisi para saksi sejarah. Di era genosida yang disiarkan langsung, perang, dan doom-scrolling yang tak masuk akal, apakah menjadi saksi saja masih cukup? Dalam konteks ini, kami secara khusus tertarik pada efek haptik suara, yang menuntut penonton untuk terlibat melampaui penglihatan dan terlibat dalam film secara fisiologis. Dengan memusatkan suara haptik, kami mengusulkan cara untuk terlibat dengan film melampaui penglihatan dan memasuki totalitas pengalaman sensorik menuju keterlibatan kembali dengan dunia kita.






