Festival Film Dokumenter 2008
- Pengantar Festival
Orang-Orang Biasa, Kehidupan yang Tak Biasa
Orang biasa, mereka yang menjalani hidup dengan tidak biasa. Festival Film Dokumenter ke-7 tahun 2008 melihat dunia dengan perspektif ini. Sebagaimana tema besar yang menjadi benang merah di sepanjang FFD ini, yakni kehidupan, lingkungan, dan kebudayaan, perspektif tahun ini juga bertolak dari upaya untuk menggali, menelaah, dan memaparkan hal-ihwal realitas di sekitar kita. Orang-orang biasa, sebagaimana sesuatu yang biasa lainnya, seringkali luput dari perhatian, tidak masuk dalam perhitungan, dan lebih banyak dilupakan. Siapakah mereka? Mengapa mereka diabaikan?
Orang biasa, rakyat kebanyakan, kaum awam. Mereka lebih banyak disebut untuk kepentingan di luar mereka sendiri. Lebih-lebih di masa sekarang ini, menjelang pemilihan umum. Kelompok elit yang menyebut diri wakil rakyat dan pemimpin bangsa datang dan mengaku-aku sebagai pengayom, menebarkan pesona, berlomba-lomba memberi janji-janji. Setelah itu, selesai juga semuanya. Dan orang-orang biasa kembali menjadi mereka yang luput dari perhatian siapa saja. Juga kita.
Orang-orang biasa inilah yang sesungguhnya pemilik sah kehidupan. Mereka menjalani kehidupan nyata dengan apa adanya diri mereka. Dan, sungguh, ada banyak hal luar biasa yang bisa kita petik dari kehidupan mereka. Alangkah banyak realitas kehidupan orang biasa yang sungguh luar biasa, ketika kita sungguh-sungguh menyimaknya. Mereka yang hidup dengan penghasilan jauh di bawah standar minimum, bayi-bayi yang tidak mendapatkan asupan gizi memadai, orang-orang yang tertawa menghadapi banjir yang datang setiap tahun, rakyat yang berkali-kali digusur dari satu tempat ke tempat lain. Siapakah mereka yang begitu tegar melewati dunia tak biasa itu?
Juga, mereka yang dengan keras kepala menata lingkungan, mereka yang suntuk menghidupi seni-seni tradisi, mereka yang terus mengabdi untuk kehidupan tanpa harus mengundang para wartawan, tak mengharapkan kedudukan dan lencana penghargaan. Mereka para laskar mandiri yang tidak pernah mendapat donasi, anak-anak kampung yang harus berjalan berkilometer untuk belajar di sekolah yang bobrok, kaum muda yang berkarya untuk sesama. Alangkah banyak orang-orang biasa yang memiliki kehidupan tak biasa. Kepada mereka kita belajar menjalani kehidupan dengan apa adanya…
- Pengantar Program
Tidak mudah menjadi Superman
Apa yang ada di pikiran para serdadu Amerika itu ketika mereka dikirim ke Afghanistan dan Irak? Mereka adalah orang-orang biasa, hanya remaja-remaja yang kebetulan bekerja sebagai tentara, berseragam, dan dikirim ke sana, sama sekali bukan Superman atau tokoh-tokoh superhero DC Comic yang akhir-akhir ini beredar di bioskop-bioskop. Dan Richard Robbins di film Operation Homecoming: Writing the wartime experience memperlihatkan mereka yang begitu biasa. Mereka yang hanya menjalani hidup yang diluar kebiasaan, jika dilempari granat, dibidik sniper dan ditembaki bukanlah hal yang biasa. Operation Homecoming akan menjadi film pembuka tahun ini, film ini adalah tentang melihat perang dalam kondisi yang sebenarnya. Richard membawa pengalaman dekat perang Irak ke tengah-tengah kita dari sudut pandang tentara-tentara yang juga tiba-tiba menjadi semacam Hemingway, menulis kata-kata puitis dan penuh perenungan, yang dibacakan oleh Robert Duvall dan Josh Lucas.
Tidak jauh-jauh dari situ, remaja-remaja perempuan di Israel yang belum genap berusia 20 tahun menjalani program wajib militer, dan mereka harus sudah memegang senjata dan berhadapan langsung dengan warga Palestina, di Gaza dan Tepi Barat, tempat segala masalah terjadi.
Mengapa kehidupan beragama selalu berada dalam ketegangan antara terorisme, fundamentalisme, dan sektarianisme? Dalam konteks kehidupan yang kian kompleks, dengan budaya global dan migrasi ekonomi dan sosial yang kian laju, persoalan keragaman budaya (cultural diversity) menjadi hal yang harus segera menjadi perhatian bersama.
Perspektif FFD 2008 memiliki semangat untuk menggali berbagai persoalan manusia dan kehidupannya dalam arti yang seluas-luasnya, menelaah dan mengolahnya agar menjadi perhatian bersama. Perspektif tahun ini mengambil fokus pada: Ordinary People, Extraordinary Life.
Film-film dalam program ini adalah tentang orang-orang biasa yang menjalani hidup dan kehidupan yang luar biasa. Tentang manusia dan perang, tentang gila dan waras, tentang perjuangan cinta, tentang jalanan dan punk, tentang Amerika dan Cina, tentang gadis Irak di keluarga Kanada, tentang mereka landskap dunia, tentang Dalai Lama yang merindukan kampung halamannya dan gadis-gadis penjaga perbatasan Palestina.
Dari Asia Tenggara, The Convert, bercerita tentang perubahan seorang wanita Thailand menjadi muslem yang taat, lalu Harman Hussein dalam perjalanannya selama lima bulan melalui jalan darat ke kota suci Mekkah yang ditempuhnya dari Singapura, Marlon, dan semangat untuk terus sekolah, tentang legenda perompak yang menghantui perairan Indonesia — Malaysia, dan catatan panjang Media Reform (CPRM) yang bertahan dibawah gempuran tekanan raksasa media. Dari Singapura, Lian Pek membawa kisa-kisah lucu tentang Cina, tentang ribuan orang-orang Cina yang belajar bahasa Inggris bersama-sama di lapangan besar dalam rangka menyambut Olimpiade.
Di Spektrum, tahun ini FFD kembali memutar warna-warni dokumenter dunia. Soda Kazuhiro, yang tahun lalu debut dokumenter panjangnya diputar di Berlinale, tahun ini mengirim film terbarunya: MENTAL, setelah mendapatkan penghargaan film terbaik di PIFF Oktober lalu. Soda, masih dengan gaya direct sinema-nya, menawarkan pengalaman personal dari para pengidap kelainan jiwa di Jepang. Andrea Kreuzhage, merekam orang-orang yang bersentuhan dengan project 1000 Journal, sebuah project massal yang dimulai tahun 2003 hingga 2008, project massal yang melibatkan ribuan orangn dengan hasil diluar dugaan. Dari Scotland, anak-anak kecil berbagi cerita tentang apa pendapat mereka akan dunia melalui dokumenter animasi: The World According to… lalu film-film pendek tentang rumah dengan cerita yang sederhana. Ada lagi tentang kehidupan seksual di Rusia, London dan Brussels setelah kejatuhan Soviet. Sementara di Kongo, sebuah komunitas radio mempertahankan nilai-nilai jurnalisme mereka dibawah tebaran bahaya. Masih di Afrika, Peace Mission menelisik industri film di Nigeria, Nollywood yang menempati peringkat ketiga setelah Amerika dan India namun masih dibawah radar dunia.
Memang benar, tidak mudah menjadi Superman. Orang-orang itu, yang berhasil dirangkum dalam film ini, adalah orang-orang biasa yang menjalani hidup yang mereka pilih (atau tidak mereka pilih) dengan sepenuh hati. Dalam kehidupan yang luar biasa.
Di kompetisi, sutradara-sutradara muda Indonesia merangkum kisah-kisah sederhana tentang manusia. Manusia yang menjadi serigala di perkebunan yang menjadi konflik dengan masyarakat lokal, pertarungan ideologi dan keyakinan dalam kesenian reog di Jogjakarta, pilihan untuk memberi hidup atau mengambil hidup, kisah wanita-wanita yang merantau ke negeri seberang, tentang orang-orang gila, tsunami, minyak dan pendidikan, dan bertahan menjalani hidup dalam keterbatasan. Ada juga kisah jaranan di Ponorogo, catatan perjalanan Djaduk Ferianto, Bu Wagiyem yang tidak beruntung dan tiga orang conductor yang memiliki kelompok masa dengan nyanyian yang amat berbeda. Disamping itu masih ada para pelajar yang merangkum isu-isu seksualitas, santri, kekerasan dalam rumah tangga dan lain-lain dalam program kompetisi untuk pelajar.
Inilah kisah-kisah itu, diantara berjuta kisah dunia sepanjang tahun ini yang berhasil dikumpulkan dalam program FFD. Selamat menikmati.

- Benteng Vredeburg, Societet Militaire TBY, Auditorium IFI-LIP, Tembi Rumah Budaya
- 6 — 13 Desember 2008
- Unduh katalog
Patron

Curtis Levy

Budi Irawanto

Seno Gumira Ajidarma

Katinka van Heeren

Nicolaas Warouw

G. Budi Subanar

Tonny Trimarsanto

Zamzam Fauzanafi

Antariksa

Dian Herdiany

Ferdiansyah Thajib

Roem Topatimassang

Hafiz Rancajale

Muid Latif

Andrew Lowenthal

Leonard Retel Helmrich

Ismail Fahmi Lubis
