Rabu (16/11) sore, para juri di Program Kompetisi Dokumenter Pelajar melakukan meeting penjurian yang berlokasi di Sagan 20. Mereka adalah Amalia Sekarjati, Siska Raharja, dan Winner Wijaya. Tim FFD berkesempatan untuk mewawancarai Siska dan Winner terkait dengan pemilihan special mention untuk kategori dokumenter pelajar ini.
Ada berapa film yang masuk ke meja penjurian?
Winner: Tiga film.
Apa indikator yang digunakan untuk menilai film-film tersebut?
Winner: Kita cari kebaharuan dalam cerita.
Siska: Kami juga menyesuaikan usia. Awalnya, kita kan, (ingin melihat) bagaimana pentingnya isu (yang diangkat dalam film) ini untuk yang lain. Apakah isu ini linear dengan si pembuat film? Karena film tidak bisa berbohong. Kemudian juga bagaimana kedekatan filmmaker dengan subjeknya. Kejujuran ini yang kami tangkap.
Bagaimana dengan film pemenang?
Winner: Film yang kita pilih ini, kita nggak memilih pemenang, tapi ada special mention, karena film ini terasa lebih jujur daripada film yang lainnya, pendekatannya lebih jujur, temanya lebih dekat dengan sehari-hari.
Siska: Ada satu film yang akhirnya diputuskan sebagai special mention. Perbedaan dengan yang lain adalah dari segi pendekatan. Ada kedekatan dengan subjek.
Film apa yang dapat special mention?
Winner & Siska: Wek Wek.
Boleh berikan jury statement?
Winner: Jadi, Wek Wek ini kami pilih sebagai special mention karena cara penceritaannya terasa jujur, topik yang diangkat dekat dengan sehari-hari, dan ceritanya mungkin bisa lebih dalam lagi, bisa lebih dekat dengan subjeknya.
Siska: Film Wek Wek ini dekat dengan keseharian pembuatnya. Sederhana dan sehari-hari tapi jadi sesuatu yang menarik. Bagaimana keseharian bebek, irama langkah bebek. Sangat sadar bagaimana gambar itu juga bisa berbicara. Paling bisa berkomunikasi secara visual.