Festival Film Dokumenter 2017

  • Tiap perjalanan menyisakan memento yang menjadi bagian dari karakter sebuah proses. Perjalanan Festival Film Dokumenter (FFD) setiap tahunnya mencoba tetap tumbuh dengan merespon kondisi dan situasi sosial, politik, ekonomi, percepatan teknologi, serta kebudayaan melalui perspektif yang berbeda. Tahun ini, kami membawa festival pada momen ketika kita mendiskusikan pertanyaan yang tidak berujung mengenai kebenaran. Post-Truth menjadi pilihan tema merespon pembahasan pascakebenaran melalui telusur dokumenter sebagai medium yang (dianggap) telah melampaui definisi post-truth itu sendiri. Berangkat dari hal tersebut, kami percaya bahwasanya film dokumenter menjadi media kontestasi kebenaran yang dimunculkan dari berbagai versi.

    Melalui post-truth sebagai perspektif tahun ini, kami mencoba menelusuri bagaimana orang bereaksi terhadap informasi dan realitas di lingkungannya, melalui filmfilm yang telah dibingkai dalam beberapa program dan turunannya. Film memang media kultural yang memiliki karakter unik untuk membawa ke dalam banyak perspektif, dengan berbagai elemen yang menghantarkan penonton pada sisi pandang berbeda melalui beragamnya film dokumenter dalam Program Perspektif. Sesuatu yang tidak terdefinisi dalam terjemahan visual terkadang sering membingungkan kita. Hal tersebut membawa kami untuk merangkul banyak bentuk film dokumenter, melalui Program Spektrum, bentuk-bentuk eksperimentasi hibrida yang tak lagi menarik garis tegas antara fakta, dokumen dan rekaan, yang memperluas pengamatan, pengalaman, dan cara berpikir, untuk menggabungkan batasan tersebut dalam Dear Memory: Kebersituasian. Pun dengan Retrospektif Mark Rappaport yang kami pilih dengan berbagai pertimbangan atas perspektif kritisnya melalui pilihan form yang akan menarik sebagai pembahasan bentuk dan batasan eksperimentasi medium.

    Dalam perjalanan waktu FFD sebagai festival, 2016 lalu merupakan tahun pertama kami menjelajahi kategori panjang internasional di Program Kompetisi, sebuah usaha dari kami untuk memperkaya gagasan yang lebih kompetitif. Tahun 2017 ini, kami menyeleksi 5 film kategori dokumenter panjang dari 43 film, 6 film dalam kategori dokumenter pendek dari 88 film, dan 6 film pada kategori pelajar dari 24 film. Kami berharap senantiasa ini menjadi ruang kompetitif dengan proses didaktis yang turut menghidupkan film dokumenter di Indonesia.

    Ekosistem film dengan ragam elemen di dalamnya tentu tak bisa dinisbikan satu sama lainnya. Banyaknya produksi film (dokumenter) yang kian marak dengan eksperimentasinya, ruang eksibisi film di Indonesia, dan juga distribusi film, tidak bisa lepas dari peran kajian yang menerjemahkan sekian kebutuhan visual melalui medium teks. Sudah pasti, kajian menjadi bagian penting dalam ekosistem yang lebih dinamis. Tahun ini kami menghadirkan workshop intensif lain (dari yang sebelumnya ada: School Docs & Masterclass), yaitu Lokakarya Kritik Film FFD 2017, dengan beberapa kurikulum sederhana, kami berharap visibilitas tersebut turut mendinamiskan berbagai gagasan kritis yang selama ini dibangun.

    Kami pun percaya bahwa film telah melampaui sekat-sekat kewilayahan, lewat berbagai bentuk yang menembus batas kekaryaannya. Dan film medium yang mampu mendefinisikan perjalanan itu sendiri, mengemudi melalui bentangan lanskap dan lingkungan yang panjang. Sebuah kehormatan yang membahagiakan dapat turut mengkurasi berbagai film dan karya lintas medium yang ada dalam Program Asian Doc dengan sub program lainnya, seperti Focus Japan yang merupakan program kolaboratif dengan The Japan Foundation, serta Docu Francais dan Le Mois Du Documentaire yang bermitra dengan Institute Francais Indonesia. Programprogram tersebut merupakan kerja sama berbagai lembaga dan beberapa pihak untuk lebih menghidupkan elemen lain dalam lanskap sinema.

    Perjalanan lanskap lain, dengan telusur silang pandang melalui omnibus film 5 Desa akan hadir dalam Pemutaran Perdana, dikerjakan oleh lima pembuat film Indonesia yang diundang ke Jerman untuk berproses dari hasil karya tersebut. Proyek 5 Pulau / 5 Desa yang didukung oleh Goethe Institut melibatkan 10 pembuat film (Jerman & Indonesia) untuk merespon perbedaan ritme kehidupan dua negara melalui cara pandang dan pendekatan yang berbeda.

    Satu catatan pendek dan terakhir, terima kasih atas semua kebaikan yang mendukung kami dengan semangat baik, senantiasa sinergi ini bisa membawa perspektif baru, dari sepanjang perjalanan FFD di ke depannya.

     

    Alia Damaihati

Penghargaan

  • Dokumenter Panjang Internasional Terbaik

    I’ve Got The Blues

    Angie Chen
    2017 — 90 min — Hong Kong
  • Dokumenter Pendek Terbaik

    Tour on Mud

    Winner Wijaya
    2017 — 18 min — Indonesia
  • Dokumenter Pelajar Terbaik

    Silent in Boisterous

    Qurrata Ayuni, Geubri Al-Varez
    2017 — 16 min — Indonesia
  • Jury Special Mention

    I Am Hercules

    I Am Hercules
    2017 — 69 min — Romania

Patron

Adrianus Merdhi

Pembicara

Akbar Yumni

Penanggap

Anna Har

Juri

Antariksa

Juri

Bani Nasution

Pembicara

Bowo Leksono

Pembicara

Irfan R. Darajat

Juri

Jason Iskandar

Juri

Ronny Agustinus

Juri

Roy Thaniago

Pembicara

Sandeep Ray

Juri

Sazkia Noor Anggraini

Moderator

Sébastien Simon

Pembicara

Steve Pillar Setiabudi

Juri

Thomas Barker

Pembicara

Thomas Barker

Juri

Vivian Idris

Juri

Wahyu Utami

Pembicara

Yuda Kurniawan

Pembicara

Winner Wijaya

Pembuat Film

Angie Chen

Pembuat Film

Takuro Kotaka

Pembuat Film

Statistik

0
Film diputar
0
Pengunjung
0
Volunteer
0
Mitra