Mitigasi dan manajemen risiko merupakan salah satu bekal penting bagi para pembuat film, khususnya bagi mereka yang sering mengeksplorasi topik-topik sensitif dan berisiko tinggi dalam dokumenter. Rival Ahmad, seorang praktisi hukum, pengajar, konsultan, sekaligus salah satu pendiri Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK) hadir sebagai narasumber dalam kelas Manajemen Risiko di rangkaian Lokakarya IDOCLAB 2023. Para peserta akan dipersenjatai dengan panduan serta strategi mitigasi yang efektif untuk mengurangi risiko yang dihadapi di lapangan.
Rival memulai kelas dengan menginstruksikan seluruh peserta untuk menuliskan satu peristiwa traumatik yang pernah dialami selama perjalanan di atas sebuah kertas post-it. Setelah itu, Rival meminta peserta mencari satu orang di ruangan yang paling jarang berinteraksi dengan mereka untuk bertukar cerita mengenai pengalaman tersebut. Selanjutnya, peserta diarahkan untuk membentuk kelompok yang terdiri atas empat orang. Setiap anggota kelompok kembali saling berbagi pengalaman traumatik mereka. Kemudian, masing-masing perwakilan kelompok diminta untuk maju dan menceritakan pengalamannya ke hadapan forum. Terakhir, peserta diminta untuk merefleksikan pengalamannya masing-masing, mencari tahu apa makna di balik pengalaman tersebut.
Dari beberapa perwakilan peserta yang telah menceritakan pengalamannya, Rival menyebutkan adanya bias optimisme dalam cerita mereka. Bias optimisme adalah bias dalam ranah psikologi kognitif yang menyebabkan seseorang percaya bahwa dirinya cenderung tidak mengalami peristiwa negatif sehingga sering memperkirakan kerentanan risiko yang mereka hadapi lebih rendah daripada rata-rata. Hal ini juga dikenal sebagai optimisme yang tidak realistis atau optimisme komparatif.
Di sinilah peran mitigasi risiko menjadi penting. Risiko sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa Italia, yakni risicare yang berarti berani. Dalam hal ini, berani dapat dimaknai sebagai sikap sadar dan siap menghadapi segala konsekuensi atas tindakan yang diambil di lapangan. Mitigasi risiko bertujuan agar pembuat film tidak terkejut dengan segala potensi situasi yang mungkin terjadi. Manajemen risiko dalam siklus proyek harus mulai disiapkan sejak jauh-jauh hari, yakni ketika mulai mengembangkan desain, proposal proyek, dan rancangan kerja sama.
Pembuat film perlu memikirkan risiko dampak yang dapat terjadi kepada subjek. Terlebih, subjek di dalam dokumenter adalah subjek riil. Setelah dokumenter selesai diproduksi, subjek tetap menjalani kehidupannya sebagaimana biasanya. Dengan demikian, manajemen risiko tidak hanya menjadi kepentingan bagi tim proyek, tetapi juga bagi subjek, mitra pendukung, dan organisasi atau lembaga yang berpartisipasi selama proses produksi dokumenter. Manajemen risiko memiliki berbagai manfaat apabila diaplikasikan dalam proses produksi dokumenter. Pertama, dapat membangun kepercayaan. Semakin pintar tim proyek mengelola risiko, semakin meningkat pula rasa percaya para mitra kerja kepadanya. Kedua, sebagai peluang kemitraan. Risiko-risiko tertentu dapat dialihkan kepada pihak lain sehingga hal ini bisa membuka peluang kemitraan baru, baik yang berhubungan dengan ide maupun subjek dalam dokumenter. Ketiga, masih meneruskan poin kedua, yakni dapat menciptakan kemitraan yang berkelanjutan. Keempat, dapat meminimalkan biaya kejutan/dana darurat yang perlu dipersiapkan.
Ada beberapa jenis risiko yang dapat ditemui di lapangan. Pertama, risiko internal. Risiko ini terkadang terasa bias karena bersumber dari dalam diri sendiri. Pembuat film harus memiliki kemampuan untuk menyadari hal ini. Meskipun berada di bawah kontrol pembuat film, jenis risiko ini bisa jadi memiliki efek yang lebih parah daripada jenis risiko lain. Kedua, risiko strategi. Perumusan strategi merupakan bagian dari risiko itu sendiri. Di sisi lain, risiko yang secara sadar dan strategis dipilih pembuat film dapat menaikkan nilai film. Ketiga, risiko eksternal. Risiko ini datang dari berbagai variabel yang tersebar di lapangan selama proses produksi dokumenter.
Rival meminta para peserta untuk membuat asesmen mitigasi dan manajemen risiko berdasarkan proyek dokumenter masing-masing. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai risiko yang mungkin terjadi selama proses produksi. Para tim proyek terpilih harus mampu memetakan berbagai kategori risiko melalui bagan. Setelah itu, mereka juga diminta untuk menilai bobot risiko.
Pada akhirnya, bagan tersebut berfungsi sebagai profil risiko. Tim proyek dokumenter perlu memberi perhatian khusus pada risiko-risiko yang telah dinilai tinggi atau ekstrem. Dari penilaian itu, mereka dapat memutuskan strategi pengendalian seperti apa yang perlu diadakan atau ditingkatkan selama menjalani proses produksi dokumenter. (Hesty N. Tyas)
Diliput pada 21 Oktober 2023 pada Lokakarya Tahap 1 IDOCLAB 2023 di DI Yogyakarta.