Beyond Provenance merupakan respons terhadap upaya pemerintah Belanda (2023) untuk mengembalikan sejumlah artefak yang dijarah dari Indonesia. Inisiatif transnasional ini mengeksplorasi bagaimana film dan kolaborasi dapat mengevaluasi kembali narasi seputar restitusi. Dengan menyoroti tiga artefak yang baru saja dikembalikan, masing-masing dengan sejarah dan fungsi yang beragam, duet seniman asal Indonesia dan Belanda berkolaborasi untuk setiap artefak. Tiga karya video yang menantang dan sangat kontras dilahirkan, yaitu mengenai Durga Mahisasuramardini (Dyantini Adeline [ID] dan Vladimir Vidanovski [MK]), Keris Klungkung (Taufiqurrahman Kifu [ID] dan Hattie Wade [UK]), dan Lombok Treasure (Kae Oktorina [ID] dan Christopher Tym [UK]). Proyek ini diinisiasi oleh wysiwyg Cinema (Den Haag, Belanda) dan Indeks (Bandung, Indonesia).
Sesi diskusi didahului dengan pemutaran film dalam kompilasi Beyond Provenance, yaitu Idak-Idak-Idak (Kae Oktorina, Christopher Tym; 2025), Sharp Objects (Taufiqurrahman Kifu, Hattie Wade; 2025), dan The Stone That Remembers (Dyantini Adeline, 2025).







