Festival Film Dokumenter 2011
- Pengantar Festival
“UNTUK APA HADIR KALAU TIDAK TUMBUH, UNTUK APA TUMBUH KALAU TIDAK BERKEMBANG, UNTUK APA BERKEMBANG KALAU TIDAK BERMANFAAT.”
“HISTORIA DOCET!”
Dua kutipan kalimat di atas, saya rasa pantas untuk mewakili penyelenggaraan Festival Film Dokumenter yang ke 10.
Kutipan pertama adalah sambutan Mas Herlambang Y dalam FFD yang pertama di tahun 2002. Sebuah kalimat yang menjadi cambukan penyemangat bagi Komunitas Dokumenter dalam proses perjalanannya hingga sekarang. Sebuah benih yang sepuluh tahun lalu telah ditanam, kini menjadi pohon. Komunitas Dokumenter telah tumbuh, telah berkembang namun sayangnya kami belum merasakan buah yang layak dari pohon yang telah kita tanam. Dan hal tersebut memacu kita untuk terus dan terus berkembang dan menyebarkan benih hingga menjadikan buah tersebut bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh makhluk.
Kehadiran Komunitas Dokumenter dengan program besarnya Festival Film Dokumenter, tidak hanya untuk sekadar merayakan sebuah festival. FFD hadir menjadi ruang apresiasi, perlintasan ilmu dan bentuk aktivitas bagi penggiat dan pecinta dokumenter. Program-program seperti SEA Doc sebuah program pemutaran yang menunjukkan semangat pembuat film dokumenter di kawasan Asia Tenggara, kemudian ajang penjurian komunal yang melibatkan para pelajar SMA sebagai bentuk apresiasi mereka terhadap film-film dokumenter yang mask pada program kompetisi dan SchoolDoc program pemutaran film dokumenter yang dilaksanakan di beberapa SMA di Yogyakarta sebagai bentuk sosialisasi atas film dokumenter, program diskusi dan seminar yang selalu menawarkan topik serta pengetahuan yang selalu menarik dan penting, kemudian serangkaian workshop yang dikemas dalam program Master Class yang dari tahun 2007 hingga kini selalu menghadirkan pemateri pemateri yang memiliki kompetensi di masing masing bidang yang kemudian diaplikasikan pada materi yang diberikan dan memberi dampak untuk perkembangan karya dokumenter di Indonesia. Sinergi dari program-program tersebutlah yang terkandung menjadi elemen dalam rangkaian Festival Film Dokumenter yang selalu hadir setiap tahunnya.
Di setiap tahun penyelenggaran festival, selalu mengalami peningkatan jumlah film, namun belum disertai dengan meningkatnya kualitas. Kami tetap berfikir positif bahwa benih-benih peningkatan jumlah film tersebut suatu saat nanti pasti akan disertai dengan kualitas yang layak. Kami Kami percaya sebuah proses bisa menjadi media belajar yang lebih organik dan menjadi bagian dari proses pembenahan dari yang selama ini dilewati, kami tidak akan lelah untuk belajar, kami tidak akan menyerah bila kami salah, dan kami tidak akan takut untuk bercermin melihat kekurangan untuk kemudian berbenah diri demi sejarah yang lebih baik.
Tema Festival Film Dokumenter 2011 adalah sejarah. “Sejarah itu memberi pelajaran bagi kita”, itulah arti dari kutipan kedua di atas. sebuah kutipan dari P. Swantoro dalam bukunya Masa Lalu Selalu Aktual, menjadi dasar pemilihan tema Festival kali ini. Perjalanan dari 2001 hingga 2011 bukanlah perjalanan yang mudah bagi sebuah komunitas. Curahan pikiran, waktu, tenaga, menciptakan keharmonisan menjadi modal besar untuk mempertahankan dan menjalankannya. Kami selalu menganggap Komunitas Dokumenter adalah sebuah “rumah”. Menjadi tugas bagi orang-orang yang menghuni di dalamnya untuk merawat dan menjaganya. Tidak usahlah ditanya, kami memang sering berselisih pendapat, marah dengan satu sama lain, kadang juga lalai mengurus pekerjaannya. lya, itulah rupa-rupa kehidupan di “rumah” kami dan itu memberi pelajaran bagi kita di dalamnya. Bila rumah ini mau tetap ada maka pastilah ada dan sebaliknya, kesemua itu dikembalikan ke para orang-orang yang tinggal di komunitas tersebut. Ada atau tidaknya Komunitas Dokumenter, film dokumenter di Indonesia akan tetap tumbuh.
Dan untuk kesepuluh kalinya penyelenggaraan festival ini kami tetap ada, menjalankan dengan segenap rasa cinta kita kepada “rumah” ini, Festival kali ini akan kami selenggarakan pada tanggal 05-10 Desember 2011 bertempat di Taman Budaya Yogyakarta, Lembaga Indonesia Prancis, dan Tembi Rumah Budaya.
Kami berkeyakinan semangat dan ambisi muda kami belum saatnya untuk padam, masih banyak keinginan dan cita-cita kita untuk membangun rumah ini menjadi lebih baik perjalanan ini memberi pelajaran banyak bagi kita untuk ke depannya.
Suryo Wiyogo
Penghargaan
Patron

Andang Kelana

Andrew Lowenthal

Antariksa

Budi Irawanto

G. Budi Subanar

David Teh

Dian Herdiany

Ferdiansyah Thajib

Hatib Abdul Kadir

Ifa Isfansyah

Katinka van Heeren

Nicolaas Warouw

Otty Widasari

Pimpaka Towira

Rahung Nasution

Sandeep Ray

St. Kartono

Stefan Haupt

Suryani Liauw
