Membicarakan Manusia dalam Program Human, Frame by Frame

— Highlight Program
FFD 2018
human,-frame-by-frame

Kebaikan dan kejahatan adalah dua konsep yang tidak pernah berhenti dibicarakan manusia hingga, mungkin, saat-saat kepunahan mereka. Kedua konsep tersebut merupakan sumber refleksi bagi para filsuf, pemikir, kitab-kitab suci; pertanyaan-pertanyaan seputarnya tidak akan habis dijawab dalam satu masa kehidupan. Dalam kapasitas mereka untuk melakukan kebaikan dan kejahatan, manusia sungguh ganjil. Garis pembatas di antara baik dan jahat tidak pernah benar-benar lurus; pembedanya terkadang kabur. Seperti halnya subjek-subjek yang dibicarakan dalam koleksi film dokumenter dalam “Human, Frame by Frame” , subteks kedua konsep melagu seperti himne.

Dalam rangkaian pertama, manusia dan kerinduan akan rumah, ruang, dan tempat di mana mereka bisa menjadi bagian, dihantui oleh pertanyaan tak terjawab: kenapa mereka tidak bisa mendapatkannya? Pertanyaan tersebut kami munculkan lewat dua film yang dipilih; The Shebabs of Yarmouk (2015) dan 19 Days (2016). Film pertama mencoba mengikuti muda-mudi pengungsi Palestina generasi ketiga di Yarmouk, kamp pengungsian di Syria. Keraguan-keraguan mereka atas pilihan masa depan, ketegangan dalam pertemanan, hingga keinginan untuk pergi jauh menjadi suasana utama dalam Shebabs of Yarmouk. Film 19 Days sendiri menggambarkan 19 hari pertama keluarga imigran di Kanada dalam beradaptasi dengan rumah baru mereka.

Rangkaian kedua menghadirkan kisah-kisah manusia  yang melampaui masa lalu menyakitkan lewat kasih sayang. Angin Pantai Sanleko (2018) dan Rising from Silence (2016) menyorot perjalanan generasi tua yang menatap sejarah tidak dengan amarah, tetapi kemurahan hati. Sementara itu, Nyanyian Akar Rumput (2015) dan Sekeping Kenangan (2018) menggeser sorotan pada generasi muda dan pencarian mereka atas akar sejarah; dengan luka bawaan yang terus menganga.

Dalam rangkaian ketiga, rumah dan masa lalu yang kelam hadir bersamaan dalam nostalgia. Setiap film membawa di dalamnya kisah manusia dan tanah kelahiran, di mana jalinan sejarah yang keras membentuk pola. Dalam Absent Without Leave (2016), sosok yang dekat sekaligus jauh hadir sebagai titik awal pencarian sang pembuat film atas hal-hal yang lampau dan tersembunyi. Di Holding Hands with Ilse (2017), pembuat film melacak figur yang dekat dengannya namun hilang ketika alur sejarah mereka bercabang. Sementara itu, Goodbye My Love, North Korea (2017) menangkap kisah cinta tak berbalas  terhadap tanah kelahiran, terkasih tetapi sukar untuk bersama.

Ketiga rangkaian tersebut menangkap manusia, lewat bingkai demi bingkai, dalam dimensi mereka yang kompleks. Kedua konsep hadir, dingin dan hangat. Tetapi, manusia berdarah dan jantung mereka berdetak dan kulit mereka bergidik di udara malam. Dalam hakikatnya, selayaknya terlihat ke mana mereka akan lebih condong bertumpu.

Film-film dalam program “Human, Frame by Frame” akan diputar tanggal 6-12 Desember 2018. Cek jadwal untuk memeriksa agenda ini secara spesifik.