Yarokamena (2022): Teropong Darah

— Ulasan Film
FFD 2023

Peringatan konten: Ulasan ini berisi materi yang dapat memicu trauma. Pembaca disarankan untuk bijaksana dalam melanjutkan membaca.

Dalam Yarokamena (Andrés Jurado, 2022), kamera bukan hanya berfungsi sebagai mata, melainkan juga sebagai telinga. Gerardo Sueche dihadirkan sebagai narator tunggal yang siap membawa penonton menyusuri kembali jejak-jejak perlawanan Yarokamena terhadap para pelaku eksploitasi karet di Casa Arana, Kolombia. Ia adalah anggota dewan masyarakat adat Uitoto sekaligus sedikit dari keturunan Yarokamena yang tersisa. Film ini seolah menjadi media tuturnya untuk mengisahkan kembali legenda kelam yang tersembunyi di sudut Amazon, Kolombia.

Melalui presentasi visual berupa lingkaran yang secara dramatis membingkai film selama 21 menit, Andrés Jurado seolah ingin meneropong sejarah Yarokamena yang kini tinggal tersisa arsip lisannya saja. Itu pun variatif, tergantung daya ingat dan daya cerita penuturnya. Dalam catatan asli, “Yarokamena” berarti pohon kuarsa. “Yaroka”, batu kuarsa, dikenakan sebagai kalung oleh kapten milisi perang. Kapten menggunakan kekuatan supranatural yang tersimpan dalam batu tersebut untuk meluncurkan petir ke arah musuh. Batu kuarsa juga dipercaya dapat meramalkan nasib suatu pertempuran.

“Yarokamena was a personality (that) very important to this region at the time of rubber exploitation. A character who led the defence against atricities, massacres, and rapes that happened in the region.”

Dalam penuturan Gerardo, Yarokamena adalah sosok pahlawan. Hanya Yarokamena yang berani menghadapi mandor perusahaan pengekstraksi karet asal Peru di Kolombia saat itu. Ia mengonsolidasi pasukan dan mengumpulkan senjata. Dengan gagah berani, ia berdiri mewakili segenap aspirasi masyarakat sipil yang menolak wilayah adatnya dijamah, lebih-lebih, dijajah. Para pendatang asing itu bahkan menahan, menyiksa, memperkosa, hingga membakar warga setempat. Mereka seolah-olah adalah malaikat pencabut nyawa yang berbondong-bondong dari sebelah utara Sungai Putumayo, tempat perusahaan asal Peru itu berdiri.

Pemberontakan Yarokamena akhirnya terdengar sampai ke telinga pihak otoritas pusat Perusahaan Amazon Peru. Mereka pun segera menurunkan pasukan militer untuk menumpas Yarokamena. Amunisi Yarokamena habis, begitu pun dengan milisinya. Mereka terbabat. Sedikit yang berhasil selamat.

“The jungle shudders and the trees, are the ones who know the whole story, what has happened. But since they are not human, they do not speak. So, all the memories are collected there, and all those events that have happened have remained, the sequels are history now.”

Peristiwa ini memiliki intensitas yang begitu besar sampai ditasbihkan menjadi salah satu penyebab lahirnya perang perbatasan antara Kolombia dan Peru pada awal abad ke-20. Andrés Jurado merasa tragedi ini perlu mendapat atensi dan pengakuan yang lebih layak lagi sehingga khalayak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Perjuangan Yarokamena dalam melawan kekuatan penguasa perusahaan eksploitasi karet. Film ini menawarkan alternatif baru dalam meneropong ancaman dominasi teritorial di wilayah Amazon serta menjadi peringatan bahwa hadirnya perusahaan eksploitasi karet hanya akan menciptakan kekacauan, bahkan menumpahkan kematian.

“It was a very terrible massacre in the territory during those decades.”

Gerardo tak sabar menceritakan kisah pahlawannya kepada Anda melalui Yarokamena (2022). Yarokamena (2022) ditayangkan di program Docs Docs: Short! Dan Perspektif Festival Film Dokumenter 2023. (Hesty N. Tyas) (Vanis/Catharina Maida M)


Detail Film
Yarokamena
Andrés Jurado | 21 Menit | 2022 | Kolombia | Warna & Hitam Putih | 17+

Jadwal Tayang
12.05 | Auditorium IFI-LIP | 14.30 WIB
12.05 | Gedung ex Bioskop Permata | 17.00
12.08 | Bioskop Sonobudoyo | 13.00
12.08 | Gedung ex Bioskop Permata | 15.30