Di sebuah bengkel mobil sederhana, nampak Fouad Mahouly sedang sibuk memperbaiki mesin mobil. Meski bengkelnya terlihat kotor, rapuh, dan di ambang bangkrut, Fouad senantiasa melayani tamu-tamunya dengan bantuan asistennya, Mohammad. Ia menjamu mereka dengan menawari segelas kopi sembari memperbaiki mobil tamunya. Meski berada di antara tumpukan besi-besi tua, ayam, kambing, dan bangunan yang hampir rubuh, bengkel tersebut tak pernah sepi dari kehadiran pengunjung.
Thiiird (Karim Kassem, 2023) merupakan dokumenter yang penuh permenungan dan menembus batas fakta dan fiksi. Dengan sinematografi hitam putih dan minimnya dialog yang dihadirkan sepanjang 94 menit, dokumenter ini terasa hening, lengang, dan dingin. Dalam keheningan inilah bengkel Fouad menjadi tempat berkumpulnya orang-orang dengan permasalahannya masing-masing. Kondisi perang dan ekonomi yang anjlok menjadi latar yang melingkupi orang-orang tersebut. Mereka merupakan orang-orang yang membutuhkan jalan keluar dan orang yang bersedia mendengarkan cerita mereka.
Thiiird (2023) menyibak sisi-sisi masalah keputusasaan dan kesulitan orang-orang Lebanon, dari muda hingga tua, melalui tamu-tamu yang berkunjung di bengkel Fouad. Ketidakadaan pekerjaan, ketergantungan terhadap obat, malam dengan insomnia berkepanjangan, dan ketidaksanggupan orang tua membiayai sekolah anaknya menjadi masalah yang pelik bagi mereka. Dampak keterpurukan ekonomi dan kemuraman politik negeri mereka membuat setiap orang semakin terpuruk.
Beberapa kali, dokumenter ini diselipi guyonan getir. Seperti bagaimana kalau Fouad dan Mohammad menjatuhkan helikopter yang melintas untuk diambil besinya. Padahal, seperti kita tahu, hari-hari ini setiap helikopter yang melintas di langit Lebanon merupakan milisi-milisi yang siap bertempur di medan perang. Di tengah keputusasaan yang mendalam, optimisme, usaha ketahanan dan kebermaknaan hubungan menjadi bingkai-bingkai lain dalam dokumenter ini.
“Kita anak tanah air, dari tanah air, tidak…. Kita meninggalkan tanah air, dan ke tanah air ini kita akan kembali.”
Adegan semacam ini muncul pula secara simbolik ketika Fouad mengeluarkan ayam-ayam dari kandangnya.
Setelah berkecimpung dengan mobil-mobil rusak di bengkelnya, Fouad menyadari bahwa tak hanya mobil yang perlu diperbaiki, tetapi juga para pemiliknya. Ketika ia menyadari hal tersebut, ia lalu melakukan perjalanan dengan kawannya. Perjalanan transenden dan simbolik. Dalam perjalanan tersebut ia kembali berusaha memaknai ulang sebuah hubungan. Ia terus melakukan perjalan mengendarai mobil. Kesunyian sepanjang dokumenter lamat-lamat terpecahkan dengan dialog-dialog yang mulai dilontarkan Fouad yang sepanjang dokumenter banyak diam. Sebuah senyum pun muncul di bibirnya tatkala ia keluar dari lorong gelap menaiki kapal berbarengan dengan cahaya berwarna cerah. Sebuah harapan lahir dari kemuraman yang ia kandung selama ini.
Simak perjalanan simbolik Fouad Mahouly dalam Thiiird (2023). Film ini ditayangkan dalam program Utopia/Dystopia Festival Film Dokumenter 2023. (Ahmad Radhitya Alam) (Vanis)
Detail Film
Thiiird
Karim Kassem | 94 Min | 2023 | Lebanon, Qatar, Arab Saudi | Hitam Putih | 17+
Jadwal Tayang
12.06 | Bioskop Sonobudoyo | 13.00 WIB
12.09 | Auditorium IFI-LIP | 13.00 WIB