“Aku rasa, ibumu telah dianggap sebagai pahlawan Cemil Pasha terakhir yang berjuang melalui gerakan Kurdi”
Ibu merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, bagaimana jika ternyata ibumu betulan pahlawan pejuang kemerdekaan bangsa? Inilah yang dialami oleh Nevine. Nevine, sang sutradara, mendokumentasikan perjuangan sang ibu, Pervine, yang merupakan seorang aktivis militan bangsa Kurdi, melalui The Pasha, my mother and I (Nevine Gerits, 2023). Selama 83 menit, Nevine mengajak penonton menyelami sejarah keluarganya sekaligus mempertanyakan warisan perjuangan apa yang dibawa oleh garis keturunan ibunya.
Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya, tapi tidak begitu dengan Pervine dan perjuangannya demi kemerdekaan Kurdistan. Dari masa ke masa, Pervine menerbitkan buletin bulanan yang memuat kisah perjuangan kaum Kurdi di seluruh dunia lewat Kurdish Bureau. Seolah menjadi aktivis Kurdi bukanlah profesi pilihan melainkan warisan yang telah diturunkan dari generasi ke generasi, Pervine menjalani masa lansianya dengan semangat patriotik yang masih membara terhadap tanah kelahirannya yang bahkan tak memiliki wilayah kedaulatan tersendiri yang diakui sebagai negara.
Kurdi merupakan kelompok etnis terbesar keempat di Timur Tengah. Meskipun demikian, mereka tidak memiliki negara sendiri seperti halnya Turki, Irak, dan Suriah. Pada awal abad ke-20, bangsa Kurdi berkumpul dan berunding untuk membentuk negara yang dinamai sebagai Kurdistan. Setelah Perang Dunia I dan runtuhnya kekhalifahan Turki Usmani, wacana tersebut pun mulai dipertimbangkan untuk diwujudkan melalui Perjanjian Sevres. Namun, setelah muncul Perjanjian Lausanne yang menetapkan perbatasan bagi Turki modern, rencana itu gagal. Selama 80 tahun terakhir, upaya untuk membentuk negara bagi bangsa Kurdi selalu dipatahkan.
Selama hayat masih dikandung badan, Pervine berjuang demi kedaulatan Kurdistan. Ia bergerilya melalui giat-giat dan tulisan-tulisannya. Semangat ini diturunkan dari mendiang sang ayah, Ekrem Cemil Pasha, yang merupakan salah satu pendiri gerakan Kurdi modern. Surat-surat yang ditulis oleh Ekrem pun masih hidup di dalam benak Pervine hingga kini, menjadi bahan bakarnya dalam terus menyuarakan hak kedaulatan bangsa Kurdi.
Selama bertahun-tahun, Nevine mempertanyakan banyak hal tentang keluarga, khususnya tentang sang ibu, pada dirinya sendiri. Siapa sebenarnya ibunya? Siapa sebenarnya Pervine? Bagaimana masa lalu dan identitas telah membentuk keluarganya? Lambat laun, Nevine menyadari bahwa ia tak pernah benar-benar mengenali ibunya sendiri. Mereka mungkin kerap berinteraksi, tetapi jarang saling membuka diri.
Suatu hari, Nevine memberi ibunya pilihan, antara kemerdekaan Kurdistan atau keluarga mereka. Dengan tegas, Pervine menggeleng,
“Kamu harus memilih antara kebebasan Kurdistan atau keluargamu. Pertanyaan itu tidak masuk akal, Sayang. Keduanya tidak berhubungan sama sekali. Maaf.”
Kini, Nevine harus menerima tongkat estafet perjuangan Pervine. Warisan semangat memperjuangkan kemerdekaan Kurdistan. Nevine menitipkannya pada sang anak pertama yang ia beri nama tengah Hêvî, sama dengan nama tengah yang diberikan Pervine untuknya. Hêvî. Hope. Harapan.
Dokumenter ini menawarkan sudut pandang baru dalam merefleksikan perjalanan pencarian jati diri manusia dan keluarganya. Perjalanan melintasi rimba sejarah keluarga, menyibak warisan identitas bangsa asalnya, hingga menemukan perjuangan tanpa letih seorang ibu dalam memerdekakan diri, keluarga, sekaligus bangsanya.
The Pasha, my mother and I (2023) berkompetisi di kategori Kompetisi Panjang Internasional Festival Film Dokumenter 2023. (Hesty N. Tyas) (Vanis/Adinta)
Detail Film
The Pasha, my mother and I (Le Pacha, ma mère et moi)
Nevine Gerits | 83 Min | 2023 | Belgia | Warna | 17+
Jadwal Tayang
12.06 | Bioskop Sonobudoyo | 19.00 WIB