Jika menilik kondisi dunia saat ini, media sosial sudah berjubel dengan lanskap kekejaman yang mengingatkan kita akan dampak peperangan yang tak berperikemanusiaan. Kematian dan keputusasaan yang kita lihat sudah cukup untuk menjadi peringatan atas konsekuensi yang disebabkan oleh konflik. Namun, Songs of Souls (Sai Naw Kham, 20222), dengan caranya sendiri, berani memberi gambaran dampak perang melalui sebuah perayaan budaya yang komprehensif. Gambaran kesedihan dan kepiluan yang disebabkan oleh perang saudara di pedesaan negara bagian Shan dipandu oleh sebuah suara penuh perasaan dari seorang penyanyi rakyat Nan Mya Han yang tampil sepanjang dokumenter ini.
Melalui kidungnya, Nan Mya Han membuai negara bagian Shan selama berabad-abad. Negara bagian Shan sendiri merupakan wilayah yang telah menjadi panggung perang saudara terlama di dunia. Melalui wawancara-wawancara yang lugas, kita disuguhkan pandangan mendalam tentang realitasnya yang dikelilingi pertempuran sengit dan hilangnya beribu nyawa.
“Tak ada yang dibangun dalam sehari, tapi nyatanya segala yang kami miliki runtuh dalam sehari.”
Sai Naw Kham merayakan kehidupan dalam Songs of Souls (2022) dengan eksplorasi menyeluruh berkenaan dengan kearifan ilmu adat setempat, yang dalam sepanjang waktu–bahkan dalam masa perang–manusia dan alam telah membina interaksi untuk membangun permadani kompleks yang kita kenal sebagai budaya. Relasi manusia dan alam yang kuat dipresentasikan tak hanya melalui kesenian dan kebudayaan,–baik dari pertunjukan drama hingga seni tari dan tato–tapi juga melalui pengamatan kompleks terhadap sistem kepercayaan dan spiritualitas. Song of Souls (2022) dengan berani membangun jembatan yang menghubungkan kehidupan dan apa-apa yang terjadi setelahnya, bahkan dalam keadaan di mana kematian hanya sejengkal di depan mata.
Presentasi visual Song of Souls (2022) berdaya untuk mempresentasikan keadaan yang ‘rumit’ ini. Sementara cuplikan kekacauan konflik ditampilkan di beberapa bagian, lingkungan alam yang tenang menjadi pusat perhatian utama. Melalui bahasa visual, Song of Souls (2023) menawarkan simpulan mengenai bagaimana perang dapat mendistorsi realitas masyarakat, dan menjadi antagonis yang memutuskan ikatan antara manusia dan ibu pertiwi. Gagasan ini ditangkap melalui gerak kamera yang kreatif serta kecepatan frame yang berubah-ubah, menambahkan kontras yang penuh dengan ketiba-tibaan; antara terang dan gelap, hidup dan mati, serta apapun perihal yang bersarang di antaranya.
Mari tenggelam dalam buai cerita, kidung mendayu, dan pemandangan perang yang janggal di Song of Souls (2022). Film ini berkompetisi di Kompetisi Panjang Internasional Festival Film Dokumenter 2023. (Aradi Ghalizha) (Vanis)
Detail Film
Song of Souls (လိပ်ပြာလင်္ကာ)
Sai Naw Kham | 71 Min | 2023 | Myanmar | Warna | 17+
Jadwal Tayang
12.04 | Gedung ex Bioskop Permata | 17.00