Pikiran, Ingatan, dan Perasaan dalam Sans Soleil (1982)

— Ulasan Film
FFD 2021
Sans Soleil

Beberapa individu mungkin gemar mengukir kenangan dalam bentuk foto, video, maupun bentuk arsip lainnya. Tanpa disadari, kehadiran arsip tersebut ternyata bisa menjadi wujud kenangan terhadap proses yang sudah dilalui. Melalui beragam bentuk arsip, sebuah karya film dapat terus hidup dan berkelana. Sans Soleil (Chris Marker, 1982) adalah bukti nyatanya. Dokumenter eksperimental yang merupakan karya dari sutradara Prancis ini berisi kumpulan ragam arsip yang telah direkam di berbagai negara. Kemudian, kumpulan arsip tersebut dikemas dalam bentuk dokumenter yang benar-benar terasa nyata. Melalui karya tersebut, Marker mencoba membawa kembali kenangan masa lalu dan nostalgia –yang tidak terpisah dari kehidupan manusia.

Sans Soleil (Chris Marker, 1982) adalah dokumenter tentang perjalanan: di seluruh dunia, sepanjang waktu. Penonton diajak duduk sangat dekat dengan ketiga subjek, yaitu Jepang, postmodernisme, dan penghapusan ingatan. Dokumenter tersebut mempertunjukan seorang narator wanita yang membaca surat-surat seorang pelancong yang menceritakan kesannya tentang tempat-tempat yang telah ia kunjungi dan apa yang dia lihat di sana. Marker menguraikan premis sederhana ini melalui kumpulan footage luar biasa yang mengalir dengan bebas. Melalui Sans Soleil (Chris Marker, 1982), filmmaker merenungkan kebiasaan budaya dari berbagai negara, efek alienasi dari teknologi modern, serta sifat yang sulit dipahami dari memori manusia.

Sans Soleil (Chris Marker, 1982) bergerak dengan mudah dari istana Kekaisaran Jepang abad 11 ke perjuangan revolusioner di Afrika tahun 1960-an namun tetap selaras dari peristiwa di awal. Garis waktu inilah yang kemudian menciptakan nuansa ‘nyata’. Di sisi lain, tampaknya Marker memang ingin menyampaikan banyak hal dalam karya ini, sehingga ragam narasi yang dipaparkan dalam Sans Soleil (Chris Marker, 1982) terasa sangat tergesa-gesa. Ada beberapa adegan dengan freeze-frame yang sepertinya dirancang untuk membuat penonton fokus. Namun, tetap saja, itu bukanlah jeda yang cukup lama untuk meresapi narasi yang terasa sangat cepat.

Beriringan dengan isu-isu dan narasi yang telah disebutkan di paragraf sebelumnya, dokumenter ini juga mencoba menelusuri kembali hubungan yang terjadi secara diam-diam dalam ingatan manusia. Hingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa tidak peduli seberapa keras manusia mencoba, manusia tidak akan pernah melarikan diri dari sebuah ingatan dan kenangan. Tidak ada gunanya untuk mencoba mengabaikannya atau bahkan menulis ulang sebuah kenangan, karena memori memang sudah sejatinya melekat dalam kehidupan tiap-tiap manusia.

Sans Soleil (Chris Marker, 1982) dapat dinikmati dalam Program Retrospektif tahun ini, sebuah program yang berfokus pada perjalanan karya Chris Marker, serta kontribusinya terhadap perkembangan dokumenter dunia. 

 

Penulis: Tirza Kanya Bestari