Peringatan konten: Ulasan ini berisi materi yang dapat memicu trauma. Pembaca disarankan untuk bijaksana dalam melanjutkan membaca.
“Setidaknya kami akan punya anak laki-laki. Terima kasih!”, ujar seorang laki-laki pada Mandeep, seorang dokter yang baru saja membantu persalinan. Scene ini adalah sebuah gerbang menuju kepiluan ketika dua laki-laki tersebut berganti pada scene yang memperlihatkan dua gadis, anak laki-laki tersebut.
Sebagian orang akan menganggap pernyataan tersebut sebagai sebuah ucapan perayaan dari seorang ayah. Namun, Proof (Nishtha Jain, Deepti Gupta; 2019) menunjukkan secara simbolis dari sisi sosiokultural bahwa terdapat signifikansi dari pernyataan tersebut. Kisah ini disuguhkan melalui protagonis film, seorang ginekolog junior, yang bermaksud baik tetapi bernasib buruk, di sebuah rumah sakit pemerintah Delhi. Kedua gadis kecil tersebut menatap kosong, seolah tak rela mendengar pernyataan sang bapak. Tema film ini kemudian terpampang jelas: kisah gadis kecil–yang nantinya akan menjadi perempuan dewasa–harus berhadapan dengan keadaan sosial yang menggembar-gemborkan posisi laki-laki.
Pilihan sinematik dan direksi yang tepat oleh Nishtha Jain dan Deepti Gupta melahirkan sebuah pesan berarti. Pilihan latar rumah sakit yang gelap dan suram seraya perpindahannya ke pemandangan hutan kosong yang menakutkan mengingatkan kita pada posisi genting yang sering kali dialami oleh perempuan. Keterasingan yang mereka hadapi di dunia yang seolah menentang mereka. Proof (2019) memberikan gambaran tentang kondisi dunia dan perempuan di dalamnya. Berlatar tahun 1984, pada masa konflik etnis bergejolak di India, kita diingatkan perihal kekerasan struktural yang harus dihadapi para perempuan setiap harinya melalui kisah yang–hingga kini–masih relevan.
Salah satu adegan terkuat dalam film ini adalah ketika seorang korban pemerkosaan diperlakukan dengan semena-mena saat memasuki bangsal. Ia harus menunggu berjam-jam seraya air mata menetes di wajahnya yang nampak lesu kehilangan harapan. Bahkan, ketika diperiksa, hasil pemeriksaannya tak dianggap serius dan disepelekan. Mandeep berdebat dengan para perawat dan dokter senior bahwa mereka perlu melakukan tes ulang. Namun, kedua dokter senior menolaknya dan berisyarat bahwa hal tersebut hanya akan membuang-buang waktu. Bahkan jika memang ini adalah kasus pemerkosaan dan harus sampai di pengadilan, mereka yakin tak bakal menang. Adegan ini menampar kita dengan pernyataan bahwa inilah dunia yang harus kita hadapi, di mana patriarki masih merajai.
Proof (2019) mengajak kita untuk banyak mempertanyakan keadaan di sekeliling. Bagaimana pengalaman patriarkis yang terus menerus dihadapi oleh dokter senior perempuan memengaruhi caranya menangani kasus ini? Sementara Mandeep mencoba untuk melakukan apa yang menurutnya benar, dengan keberadaannya di sana yang mengambil posisi di area yang seharusnya menjadi spesialisasi perempuan, apakah dia juga menjadi bagian dari masalah? Bagaimana para perempuan menangani dan ditangani di bangsal tersebut menjadi cerminan dari kehidupan kita sehari-hari?
Proof (2019) ditayangkan dalam program Retrospektif: Nishtha Jain di Festival Film Dokumenter 2023. (Aradi Ghalizha) (Vanis)
Detail Film
Proof (Saboot)
Nishtha Jain, Deepti Gupta | 20 Menit | 2019 | India | Hitam Putih | 17+
Jadwal Tayang
12.07 | Bioskop Sonobudoyo | 15.00 WIB