Sebagai karya audio visual, film tidak akan pernah bisa dilepaskan dari dua komponen tersebut. Selama ini, wacana mengenai film seolah hanya melihat bagaimana visual menjadi satu-satunya tulang punggung yang membopong sebuah film. Menikmati film adalah menikmati apa yang terlihat dan terdengar; melalui (((O))) (2022) kita akan mengalami keduanya.
Kekuatan audio dalam film ini akan membawamu menjelajahi dunia lain yang bahkan terkadang tak ada hubungannya dengan visual yang terlihat. Alih-alih membuat tak nyaman, justru hal ini menjadi kekuatan yang menyihir kita untuk tenggelam selama durasi film berlangsung. Film ini menawarkan rasa –bahkan keintiman– yang bahkan dapat dirasakan dengan mata tertutup. Magisnya, yang kita dengar adalah suara yang tak asing bagi kita: bunyi alarm, rintik hujan, hingga pemberitahuan melalui pengeras suara.
“Sounds are the antennas, absorbing the vibration into the light.”
Maka, telinga bukan saja sebagai indera pendengaran, tetapi juga dapat bekerja sebagai mata kedua. Dokumenter eksperimental berbasis bunyi-bunyian ini mengajak telinga kita melewati beragam suara, baik itu sunyi maupun bising. Berdurasi 24 menit, seperti yang ditulis oleh Shih Chieh Lin sendiri, bahwasannya dokumenter ini sejatinya bisa disaksikan dengan mata tertutup. (Cindy Gunawan)
Ditulis oleh Cindy Gunawan
Disunting oleh Vanis
Detil Film
(((O))) (土星頻道)
Shih Chieh Lin | 24 min | Taiwan | Color | 2022 | 15+
Non-Kompetisi: Spektrum
Jadwal Tayang
18 November 2022 | Bioskop Sonobudoyo | 15.00