Perubahan merupakan satu-satunya hal yang konstan dalam hidup ini. Beberapa perubahan bersifat tetap layaknya musim, tapi beberapa yang lain bersifat dinamis sehingga menimbulkan keadaan baru. Rangkaian dokumenter dalam Kompetisi Pelajar menghadirkan keteguhan mempertahankan tradisi di tengah arus perubahan. Para siswa sekolah menengah menghadirkan karya-karya yang merayakan kejayaan masa lalu dan perjuangan untuk melestarikannya sebagai pertahanan untuk masa depan.
Dalam Sang Penyair (Engel Dela & Siti Nurajizah, 2021), penonton diperkenalkan pada perjalanan Pak Samsul Bahri, seorang penghulu khonde asal Aceh. Ia tak mengenyam pendidikan formal dan memilih untuk mengabdikan hidupnya untuk seni. Ia mendirikan sanggar seni dengan harapan mampu menjadi “benteng” penjaga tradisi yang tegar berdiri menantang perubahan modern. “Walau sudah merantau jauh ke luar daerah, di dalam hati saya tetap budaya daerah saya.”, katanya sambil menghisap rokok. Dokumenter ini menyampaikan harapan Pak Samsul Bahri akan pewaris yang perlahan pudar, menghadirkan pesan dalam mempertahankan seni dan budaya yang diyakininya.
Konon, pemuda merupakan jantung perubahan. Wani Ngembeg (Erwin Ramadhan, 2023) mengusung semangat serupa dengan Sang Penyair (2021). Bedanya, inisiatif untuk memulai perjalanan pelestarian budaya dimulai oleh sekelompok pemuda yang dikenal sebagai BOSSENI. Bersama-sama, mereka menggagas EbegFest di Alun-Alun Banjarnegara sebagai usaha untuk mendefinisikan kembali esensi ebeg sebagai bentuk seni tradisional yang patut dilestarikan terlepas dari simpang siurnya.
Apa yang terjadi dengan mereka yang tumbuh besar di jalanan? Mereka yang mungkin merasa tak memiliki akses untuk membentuk sebuah komunitas? PTU (Suci Dian Kuspitaningsih, 2023) mengangkat kisah kelompok pemuda yang pernah menjalani kehidupan di jalanan dan kemudian membangun sebuah gerakan yang berakar pada rasa kasih sayang dan solidaritas. Mereka berdiri di persimpangan jalan, menghadapi pertanyaan tentang siapa yang akan meneruskan perjuangan mereka.
Di sisi lain, Jingki (Umi Maulina, 201) membawa kita ke kisah para perempuan yang menjaga keberlangsungan tradisi melalui sebuah alat giling sederhana. Di tengah gelombang modernisasi yang melanda, mereka tetap memelihara warisan mereka dengan setia. “Karena sudah terbiasa di jingki, jika tidak dilakukan badan saya terasa tidak enak”, tegas salah satu ibu yang mempertahankan keberadaan jingki. Program ini ditutup dengan Ebeg Lovers (Kartika Tri Wardani, 2023) yang menyajikan kita sebuah kisah cinta yang bersemi di tengah seni ebeg kuno. Di sini, kita menyaksikan perpaduan unik antara cinta dan tradisi.
Dunia akan terus berputar, tapi masih ada yang dengan teguh memegang tradisinya. Mereka menjadi semangat yang membara, dan melalui program ini, semangat tersebut menyala. Program Kompetisi Pelajar menjadi pengingat bahwa warisan budaya bukan sekadar sejarah, melainkan juga identitas yang harus dirayakan dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Jajaran film tersebut berkompetisi di kategori Kompetisi Pelajar Festival Film Dokumenter 2023. (Tirza Kanya) (Vanis/Adinta)
Detail Film
Sang Penyair | Angel Della H Tarigan, Siti Nurajizah | 12 Min | 2021
Wani Ngembeg | Erwin Ramadhan | 10 Min | 2023
PTU | Suci Dian Kuspitaningsih | 17 Min | 2023
Jingki | Umi Maulina | 10 Min | 2021
Ebeg Lovers (Ebeg Sejoli) | Kartika Tri Wardani | 15 Min | 2023
Jadwal Tayang
12.07 | Bioskop Sonobudoyo | 13.00 WIB
12.09 | Bioskop Sonobudoyo | 13.00 WIB