Memaknai Kebersamaan Melalui In Touch (2018)

— Ulasan Film
FFD 2020
Still Film In Touch

In Touch (2018) mengajak penonton memaknai relasi keintiman antara manusia dan teknologi, hingga tercipta kedekatan baru yang imajinatif dan tidak nyata.

In Touch (Paweł Ziemilski, 2018) merupakan film yang sangat dekat dengan keadaan pandemi yang tengah melanda kita saat ini. Di tengah pandemi, internet menjadi satu-satunya cara menjalin komunikasi dengan anggota keluarga yang tidak serumah. Sama persis dengan apa yang terjadi dalam film ini. Demi berinteraksi dengan orang terkasih, keluarga yang terpisah jarak hanya bisa memanfaatkan internet untuk pertemuan mereka.

In Touch (2018) mengajak penonton memaknai relasi keintiman antara manusia dan teknologi, hingga tercipta kedekatan baru yang imajinatif dan tidak nyata.

Melalui In Touch (2018) penonton diajak melihat keadaan sebelum pandemi; keluarga di Polandia harus menggunakan Skype hanya untuk berinteraksi dengan anggota keluarga mereka yang berada di Islandia. Polandia dan Islandia berjarak lebih dari 2500 km, jarak ini tidak memungkinkan mereka bertemu secara langsung. Biaya dan waktu menjadi alasan sulitnya keluarga yang terpisah jarak untuk bertemu.

Sejak tahun 1980-an, penduduk Stare Juchy, Polandia populasinya menyusut karena seluruh pemudanya merantau ke Islandia. Jarak yang jauh membuat keluarga yang terpisah mengalami kesulitan untuk bertemu. Padahal penduduk Stare Juchy terbiasa berkomunikasi dengan orang-orang terdekat secara tatap muka. Terpisah jarak membuat Skype menjadi alat komunikasi yang paling sering digunakan oleh mereka.

In Touch (2018) lebih dari film tentang penduduk yang mengobrol dengan keluarganya di layar gawai atau laptop.

In Touch (2018) lebih dari film tentang penduduk yang mengobrol dengan keluarganya di layar gawai atau laptop. Ziemilski sebagai filmmaker menemukan cara yang cerdik untuk menangani fenomena hubungan jarak jauh penduduk Stare Juchy. Dengan cara  mengabadikan rekaman lanskap di kedua lokasi yang diproyeksikan ke kanvas yang luas. Proyeksi ini membuka cara baru dalam berinteraksi secara daring. Penonton benar-benar diajak berimajinasi tentang masa depan.

Wajah orang terdekat mereka bisa muncul di mana saja, di tembok dapur hingga tangan mereka sendiri. Ziemilski dapat dengan nyata memproyeksikan anggota keluarga yang tidak dapat menghadiri perjamuan Paskah seukuran aslinya. Ibu dan anak yang saling mengecat kuku terasa sangat nyata, padahal semua itu hanya proyeksi yang diciptakan oleh filmmaker. Keragaman proyeksi visual yang imajinatif dan mengesankan diusung dalam film ini.

Melalui eksperimentasi video (video mapping), filmmaker mencoba membangun kedekatan antara keluarga di Polandia dengan keluarga mereka di Islandia. Pendekatan ini memang sukses membangun pengalaman seolah-olah mereka hadir di lokasi yang sama. Akan tetapi, mereka tetap tidak bisa menyentuh kehadiran orang terkasih mereka.

In Touch (2018) mengajak penonton memaknai relasi keintiman antara manusia dan teknologi.

In Touch (2018) mengajak penonton memaknai relasi keintiman antara manusia dan teknologi. Melalui proyeksi yang disajikan penonton dapat merasakan kedekatan yang diciptakan oleh teknologi. Kedekatan yang baru, bukan kedekatan yang mampu menyentuh secara langsung orang terkasih. Kedekatan baru ini terasa imajinatif dan tidak nyata. Mereka memang bertemu, namun pertemuan semakin lama terasa asing karena tidak bisa saling menyentuh. Kerinduan seolah tertahan, bukan tersalurkan.

Pada akhirnya terjadi hubungan paradoks; teknologi menghubungkan mereka sekaligus mengasingkan mereka. Kedekatan fisik dari layar terasa asing, rindu belum tersalurkan. Sehebat apapun teknologi dapat mendekatkan manusia melalui proyeksi yang diciptakan. Sehebat apapun teknologi mendekatkan, semua tidak terasa sama. Apakah keintiman dapat dicapai melalui teknologi?

 

Film In Touch (2018) adalah bagian dari program Perspektif FFD 2020. Tonton film In Touch (2018) secara gratis di sini

 

Penulis: Dinda Agita